Lihat ke Halaman Asli

Problem-Based Learning dan Metode NHT: Meningkatkan Keaktifan dan Minat Belajar Siswa SD

Diperbarui: 30 November 2022   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

         

Nama saya Rosanita Yuentin Tiwa, Saya adalah seorang guru Bahasa Inggris di UPTD SD Inpres Bungawaru dan saat ini merupakan salah satu peserta PPG Daljab 2022 kategori 2. UPTD SD Inpres Bungawaru berada di kota Kalabahi, Kabupaten Alor, provinsi Nusa Tenggara Timur, salah satu surga di timur matahari. UPTD SD Inpres Bungawaru merupakan salah satu sekolah dasar di kota Kalabahai yang memiliki jumlah siswa yang tak sedikit. UPTD SD Inpres Bugawaru dalam 6 tahun terakhir ini selalu mengawali tahun pelajaran dengan jumlah siswa lebih dari 450 orang. Sebagai tempat untuk mencerdaskan generasi bangsa, terutama dalam menanggapi tuntutan jaman globalisasi dan digitalisasi, UPTD SD Inpres Bungawaru merupakan salah satu sekolah dasar di Kabupaten Alor yang telah memuat Bahasa Inggris dalam dokumen I KTSP sebagai salah satu pelajaran yang perlu diajarkan pada peserta didik. Bahasa Inggris merupakan salah satu substansi dari pelajaran Mulok yang diajarkan saat sekolah menerapkan kurikulum 2013, kemudian  menjadi pelajaran pilihan saat sekolah mulai menerapkan kurikulum merdeka di tahun 2022. Berkaitan dengan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar, melalui tulisan ini saya ingin berbagi hasil praktek mengajar yang saya anggap sebagai salah satu praktek baik yang telah saya lakukan pada siswa kelas V-B di UPTD SD Inpres Bungawaru khususnya pada materi "Shapes and Colors".

         Bahasa Inggris telah lama menjadi bagian integral dari sistem pendidikan Indonesia. Bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran yang awalnya diajarkan di tingkat pendidikan menengah hingga tinggi, namun seiring berjalannya waktu, perubahan zaman dan system kehidupan, kebutuhan akan pengetahuan bahasa Inggris meningkat sehingga  memaksa adanya perubahan dalam program pengajaran bahasa Inggris. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, pemerintah akhirnya mulai memperkenalkan kelas bahasa Inggris pada jenjang pendidikan yang lebih rendah, yaitu jenjang pendidikan dasar yang termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal.

          Muatan lokal (mulok) adalah mata pelajaran  tentang potensi dan keunikan lokal suatu daerah. Pelajaran mulok sendiri bertujuan untuk untuk mengenalkan siswa terhadap keunggulan dan potensi dari daerah tempat tinggalnya. Meskipun demikian, beberapa sekolah dasar di kabupaten Alor telah menambahkan pelajaran bahasa Inggris dalam pelajaran Mulok. Di UPTD SD Inpres Bungawaru, pelajaran mulok memiliki 2 substansi yaitu pelajaran Pendidikan Lingkungan Sosial dan Budaya Daerah (PLSBD) yang mana diajarkan untuk membentuk pemahamannya terhadap keunggulan dan kearifan lokal di Kabupaten Alor, serta pelajaran bahasa Inggris  yang mana diajarkan dengan tujuan mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahan komunikasi internasional dan bekal bagi peserta didik untuk menghadapi tuntutan zaman globalisasi. Berdasarkan tujuan itu, melalui kompetensi inti dan kompetensi dasar, pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan pada peserta didik sekolah dasar difokuskan pada pengenalan bunyi, pelafalan dan pengenalan terhadap kosa kata serta kalimat sederhana yang sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari..

          Maili (2018) menyebutkan bahwa bahasa Inggris pada sekolah dasar diperlukan dengan pertimbangan, pertama pada anak- anak usia dini belajar bahasa lebih mudah ditangkap; kedua pada zaman yang serba digital sekarang ini yang mana hampir semua sistem kehidupan menggunakan bahasa Inggris, dengan adanya bahasa Inggris pada sekolah dasar lebih mempermudah untuk menerima tehnologi yang digunakan. Ketiga, dengan diberikan bahasa Inggris pada sekolah dasar, secara otomatis ketika akan melanjutkan pada jenjang menengah peserta didik akan mudah menerima bahasa Inggris.

         Biasanya saat menemukan hal baru, anak-anak akan  berantusias dan memiliki keinginan yang besar untuk mempelajarainya. Demikian pula dengan Bahasa Inggris. Sebagai bahasa asing dan baru, diyakini siswa akan berantusias dalam mempelajarinya. Sayangnya dalam praktek pembelajaran di sekolah, siswa cenderung tidak aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertolak belakang dengan ekspektasi bahwa anak-anak merasa tertarik untuk mempelajari bahasa yang baru.

          Ketidakaktifan peserta didik dan kurangnya minat siswa dalam kegiatan pembelajaran sering ditandai dengan pasifnya peserta didik dalam merespon guru saat kegiatan pembelajaran, peserta didik menolak untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok serta cenderung diam saat presentasi sehingga bagian mereka harus dialihkan pada teman, peserta didik lebih asik berbincang dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru, nilai peserta didik yang tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimum serta kemampuan peserta didik dalam memahami dan mengucapkan bahasa Inggris yang masih rendah. Pada tahap ini, sangat penting bagi seorang pendidik untuk membuat perubahan dalam kegiatan pembelajarannya. Peserta didik perlu diyakinkan bahwa dalam mempelajari bahasa Inggris, hal yang paling penting bukan kemampuan otak tetapi keterampilan dalam menggunakan bahasa yang aktif dan dinamis. Aktif dalam mendengarkan dan mengucapkan sehingga bahasa Inggris yang dipelajari akan lebih mudah diingat dan diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

          Sebagai pendidik yang memiliki tanggung jawab akan keberhasilan dalam kegiatan pembelajarannya, terutama tanggung jawab dalam menghasilkan peserta didik yang berprestasi dan berkemampuan global, saya merasa sangat perlu melakukan praktek pembelajaran ini terutama untuk mengatasi masalah ketidakaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. Praktek pembelajaran ini saya bagikan karena saya yakin bahwa sebagian besar guru juga mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang saya hadapi saat melakukan kegiatan pembelajaran yang mana peserta didik sering tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan praktek pembelajaran ini, saya juga berharap dapat memotivasi diri sendiri juga guru lain untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta semoga praktek pembelajaran ini bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi guru lain tentang bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran khususnya ketidakaktifan siswa sekolah dasar dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris.

          Peran dan tanggung jawab saya dalam melakukan praktek pembelajaran ini adalah mendesain pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan dengan menggunakan model, metode dan media pembelajaran yang tepat guna meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Saya juga bertanggung jawab untuk mengupayakan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan serta melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang telah saya rencanakan dalam RPP. Selain itu, saya juga bertanggung jawab menilai aktivitas pembelajaran baik penilaian sikap, pengetahuan maupun keterampilan siswa sebagai cara untuk mengukur keberhasilan dalam praktik pembelajaran ini.

          Berdasarkan hasil kajian literature, hasil wawancara pada Kepala Sekolah, Guru (Bidang Kurikulum) dan guru sejawat serta hasil refleksi saya atas kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan sebelumnya, diketahui bahwa tantangan dalam mencapai tujuan pembelajaran ini adalah siswa tidak tertarik dengan kegiatan pembelajaran, siswa merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran, siswa tidak memahami materi, metode yang digunakan tidak sesuai, pembelajaran berpusat pada guru, guru tidak mengintegrasikan TPACK dalam kegiatan pembelajaran,  guru kurang memotivasi siswa, guru belum maksimal dalam mengelolah kelas, serta guru kurang memperhatikan siswa selama kegiatan pembelajaran.

          Kegiatan praktek pembelajaran yang saya lakukan ini pun tidak terlepas dari pihak-pihak yang selalu mendukung dan memotivasi saya. Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan praktek pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

  • Peserta didik kelas V-B UPTD SD Inpres Bungawaru yang berjumlah 30 orang; yang terlibat langsung sebagai objek dari praktek pembelajaran ini.
  • Kepala Sekolah, Guru (Bidang Kurikulum), guru sejawat serta Pegawai Tata Usaha sekolah yang selalu mendukung dalam melaksanakan praktek pembelajaran ini.
  • Dosen Pembimbing serta Guru Pamong yang dipercayakan oleh Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk membimbing dan memotivasi dalam setiap rencana penyusunan praktek pembelajaran.
  • Teman-teman guru dalam kelas A - Pendidikan Bahasa Inggris, PPG Dalam Jabatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya tahun 2022 yang selalu mendukung terlaksananya kegiatan praktek pembelajaran.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline