Lihat ke Halaman Asli

Rosalia RakhimatuTsania

Universitas Airlangga

Penggunaan Kombinasi Modalitas CT-Scan, MRI dan Kedokteran Nuklir untuk Meningkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Prostat

Diperbarui: 14 Juni 2024   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penggunaan Kombinasi Modalitas CT-Scan, MRI dan Kedokteran Nuklir untuk meningkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Prostat 

Habib Ludfi, Hanna Thahirah Sausan, Moh. Hilmy Faisal Ridho, Rosalia Rakhimatu Tsania,  Shearly Devia Wulandari

Kanker prostat, penyakit yang terkait dengan sistem saluran kemih, kanker ini menjadi salah satu faktor utama penyebab kematian pada pria. Pria dengan kadar hormon androgen yang tinggi memiliki kemungkinan risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker prostat. Penyakit ini terjadi ketika sel-sel dalam kelenjar prostat berkembang biak secara tidak terkendali setelah mengalami mutasi. Risiko meningkat seiring usia, terutama di atas 65 tahun, serta dipengaruhi oleh riwayat keluarga, etnis Afrika-Amerika, dan obesitas. Gejala berupa darah dalam urin, sulit buang air kecil, dan nyeri tulang. Pada tahap lanjut, kanker bisa menyebar ke organ lain dan menjadi penyebab utama kematian pada pria. Studi otopsi menunjukkan bahwa 15-30% pria yang berusia 50 tahun memiliki tanda-tanda kanker prostat, sedangkan pada usia 80 tahun, angka ini meningkat menjadi 60-70% (Monoarfa & Tjandra, 2016).

Kanker prostat menjadi salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada pria di seluruh dunia, dengan 1,3 juta kasus baru tercatat pada tahun 2022. Di Indonesia, kanker ini ada di urutan kedua setelah kanker paru-paru dengan 27.000 kasus baru pada tahun 2020. Dikutip dari Labcito, Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan rektal digital (DRE) dan tes PSA (Prostate-specific antigen), serta dibantu oleh CT-Scan, MRI, dan Kedokteran Nuklir. Penatalaksanaan tergantung pada stadium, agresivitas tumor, usia, dan kesehatan pasien, dengan pilihan seperti operasi, radiasi, terapi hormon, dan kemoterapi. Meskipun ada kemajuan dalam diagnosis dan penatalaksanaan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan akurasi diagnosis, mengembangkan terapi yang efektif, dan meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Modalitas CT-Scan, MRI, dan Kedokteran Nuklir sangat penting dalam diagnosis dan penatalaksanaan, memberikan gambaran anatomi prostat, detail tumor, dan mendeteksi metastasis. Menghadapi kanker prostat yang menjadi perhatian utama di indonesia dan di seluruh dunia, penelitian lebih lanjut menjadi sangat penting, melalui artikel ini akan menyajikan diagnosis kanker prostat dalam modalitas CT-scan, MRI, dan Kedokteran nuklir. 

Diagnosis kanker prostat pada modalitas CT-scan

- Teknik dan Protokol

Pemeriksaan CT Scan khususnya Contrast-Enhance (CECT), pada penelitian digunakan untuk mendeteksi metastasis seperti mendeteksi lesi atau abnormalitas di sekitar organ prostat pada kanker prostat. Penelitian ini menunjukkan bahwa CT scan pada fase vena dapat mendeteksi kanker prostat dengan sensitivitas 83%, spesifisitas 92%, nilai prediktif positif 91%, dan nilai prediktif negatif 84%. Hal ini menunjukkan bahwa CT scan dapat menjadi alat yang berguna dalam mendeteksi kanker prostat yang signifikan secara klinis.

Pada penelitian, dilakukan pemeriksaan CT Scan abdomen sekaligus pelvis. Pemeriksaan tersebut menggunakan modalitas  CT Scan 64-MDCT (LightSpeed VCT atau Optima CT 540, GE Healthcare). Pada pemeriksaan tersebut dilakukan dalam irisan axial dengan interval gap 3 mm dan slice thickness 0,625 mm. Pemeriksaan CT Scan dilakukan dengan menggunakan kontras, menggunakan injeksi intravena 80 mL iodixanol (Visipaque 320, GE Healthcare) pada flow rate 2 mL/s dengan waktu delay 70-80 detik. Pasien diposisikan dalam posisi supine (terlentang) dengan bagian kaki dekat gantry (foot first).

Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk mendeteksi kanker prostat dengan memfokuskan adanya kelainan pada zona perifer prostat. Pada fase vena, zona perifer prostat seharusnya menunjukkan atenuasi rendah dan tampak homogen dibandingkan dengan kelenjar pusat karena kandungan air yang lebih tinggi. Pemeriksaan menunjukkan adanya enhancement yang abnormal yang dapat menunjukkan adanya indikasi kanker. Deteksi tersebut dinilai berdasarkan perbedaan atenuasi atau nilai HU antara lesi dan parenkim prostat normal. Area dengan atenuasi yang lebih tinggi dibandingkan jaringan prostat normal bisa menjadi indikator adanya kanker. Pada penelitian, rata-rata atenuasi pada lesi adalah 80 HU (dengan rentang 60-138 HU), sedangkan pada parenkim prostat normal adalah 40 HU (dengan rentang 17-56 HU). Perbedaan rata-rata atenuasi antara lesi dan parenkim prostat normal adalah 40 HU. Dengan demikian, peningkatan nilai HU yang abnormal ini dapat menjadi tanda adanya kanker prostat.

- Kelebihan

Pemeriksaan CT Scan kanker prostat dengan menggunakan kontras ini cukup memberikan gambaran anatomi dan kelainan dengan cukup baik. CT scan dapat mendeteksi penyebaran kanker ke kelenjar getah bening dan organ-organ lain di sekitar prostat, sehingga dapat membantu prosedur lanjutan. Selain itu, CT scan juga dapat digunakan dalam panduan biopsi dan prosedur bedah, memastikan presisi dalam pengambilan jaringan kanker.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline