Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia saling membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, sekalipun dia memiliki pekerjaan yang menjanjikan, status sosial yang tinggi, harta yang melimpah mereka selalu membutuhkan bantuan orang lain, itulah sebabnya manusia disebut juga sebagai makhluk sosial. Baik anak-anak, remaja, dewasa bahkan lansia mereka semua membutuhkan seseorang untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi.
Setiap tingkatan usia seseorang itu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya anak-anak membutuhkan kasih sayang orang tua, remaja membutuhkan teman untuk berbagi cerita, dan orang dewasa mengharapkan memiliki pasangan yang setia.
Kehidupan remaja saat ini tidak dapat dipisahkan dengan lingkaran pertemanan atau biasa disebut dengan “circle”. Circle bisa diartikan sebagai sebuah pertemanan yang terdiri dari 3-7 orang dimana mereka bisa terbentuk karena mereka merasa memiliki hobi, kesukaan dan tujuan yang sama. Pengaruh circle pertemanan ini sangatlah besar terutama bagi kalangan mahasiswa, karena hal tersebut dapat mempengaruhi kebiasaan, cara berpikir, sikap, dan perilaku mahasiswa.
Circle yang mempunyai kebiasaan baik secara tidak langsung akan membuat seseorang melakukan hal baik juga. Misalnya ketika ada kuliah pagi, jika ada suatu individu dalam kelompok tersebut berangkat lebih awal, maka individu lainnya cenderung akan melakukan hal yang sama. Selain itu misalnya saat dosen memberikan tugas kuliah tetapi tugas tersebut memiliki deadline yang cukup lama, lalu ada salah satu individu dalam kelompok tersebut yang mengerjakan tugas itu di awal waktu maka teman yang lainnya juga akan mengikuti perilaku tersebut. Inilah yang disebut dengan circle pertemanan yang positif.
Suatu circle bisa dikatakan positif jika circle tersebut bisa membuat kita memiliki karakter yang lebih baik, bisa membuat diri kita berkembang, bisa menjadi support system jika kita sedang memperjuangkan mimpi, bisa membuat kita bahagia dan nyaman berada di lingkungan itu, bisa menghargai privasi kita, serta bisa menerima kekurangan dan kelebihan diri kita.
Namun sayangnya tidak semua circle pertemanan dalam dunia perkuliahan itu baik. Banyak juga mahasiswa yang masuk dalam circle pertemanan negatif dan lebih parahnya lagi mereka tidak menyadari bahwa mereka masuk dalam circle yang salah. Misalnya ada suatu individu dalam suatu circle yang memiliki kebiasaan malas-malasan masuk kuliah, kemudian ia mengajak individu lain dalam circle itu untuk bolos kuliah dengan embel-embel “toh masih ada jatah absen 3 kali”, maka individu yang lain akan terpengaruh oleh pemikiran tersebut sehingga ia menganggap hal itu merupakan tindakan yang dibenarkan.
Contoh lainnya adalah terdapat seorang mahasiswa dalam suatu circle yang malas mengerjakan tugas dan malah memilih menggunakan jasa joki tugas karena tugas yang sangat menumpuk, tanpa disadari kebiasaan buruk itu akan sedikit menempel pada teman se-circlenya, teman yang lainnya pun akan berpikir “aku pakai jasa joki tugas saja lah biar tugasku cepat selesai”. Itulah dampak buruk dari circle pertemanan yang negatif. Circle pertemanan seperti ini dapat membuat seseorang sulit berkembang menjadi lebih baik. Apabila mayoritas mahasiswa saat ini mempunyai karakter yang buruk dikarenakan terjebak dalam circle pertemanan negatif maka akan jadi seperti apa negara kita kedepannya. Padahal mahasiswalah yang menjadi kunci suatu negara dapat berkembang.
Ada yang menganggap mempunyai circle dalam dunia perkuliahan itu penting dan ada juga sebaliknya. Seorang mahasiswa menganggap circle penting karena ia merasa circle itu merupakan tempat untuk berbagi cerita, bertanya, berkeluh kesah, tempat untuk berbagi segala info tentang perkuliahan, dan tempat belajar bersama. Namun tak sedikit juga mahasiswa yang beranggapan bahwa circle itu tidak terlalu penting.
Ada berbagai alasan kenapa mahasiswa berpendapat bahwa circle itu tidak terlalu penting. Karena dengan adanya circle seolah-olah membuat dia harus mengikuti “rules” di circle tersebut dalam artian tidak bisa bertindak bebas. Selain itu tidak punya circle akan menyelamatkan kantong mahasiswa rantau dimana nggak perlu memikirkan iuran perayaan ulang tahun dan kado untuk setiap anggota circle. Tidak memiliki circle juga dapat meminimalisir terlibat drama yang tidak jelas, dapat menurunkan kecemasan karena harus memikirkan jadwal ngumpul, dapat terhindar dari diskusi perihal tempat makan yang sering kali sulit menemukan titik tengah dan masih banyak alasan lainnya.
Jadi mempunyai circle dalam dunia perkuliahan itu penting atau tidak?. Hal itu kembali ke diri masing masing, apakah dengan adanya circle itu bisa membuat diri kita lebih baik atau malah sebaliknya. Maka berhati-hatilah dalam memilih circle pertemanan, pilihlah circle yang dapat selalu membawamu ke dalam hal yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H