Dollar Cost Averaging (DCA) merupakan salah satu strategi investasi dengan metode sederhana yang memungkinkan investor berinvestasi secara rutin dalam periode tertentu. Dalam strategi ini, jumlah investasi yang sama diinvestasikan pada interval waktu yang tetap, misalnya setiap bulan atau setiap kuartal. Hal yang mendasari Cost Averaging fluktuasi harga pasar untuk membeli aset dengan harga rata-rata yang lebih baik secara keseluruhan. Dalam pasar yang volatil, harga instrumen keuangan dapat berfluktuasi naik turun dari waktu ke waktu. Dengan melakukan investasi reguler dalam jumlah yang tetap, investor akan membeli lebih banyak unit saat harga rendah dan lebih sedikit unit saat harga tinggi. Ini dapat mengurangi dampak risiko pasar yang ekstrim dan membantu meratakan pembelian selama periode waktu tertentu. Strategi investasi reksa dana dengan metode lump sum dilakukan dengan melakukan satu kali pembayaran dalam jumlah besar. Investor bisa melakukan strategi lump sum pada awal investasi. Sementara itu menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lumpsum adalah pembayaran secara langsung tanpa angsuran maupun cicilan. Strategi lumpsum dalam investasi adalah kebalikan dari strategi dollar cost averaging.
Dalam strategi ini, investor menempatkan seluruh jumlah dana yang dimiliki atau dialokasikan untuk investasi pada satu waktu tertentu, bukan secara bertahap seperti dalam dollar cost averaging. Misalnya, seseorang dapat menginvestasikan jumlah yang sama setiap bulan dalam jangka waktu tertentu. Dalam strategi ini, harga saham atau aset yang dibeli bisa berfluktuasi seiring waktu. Keuntungan dari DCA adalah dapat mengurangi risiko volatilitas pasar dengan membeli aset dalam periode waktu yang berbeda. Ini berarti bahwa jika harga aset turun, Anda akan mendapatkan lebih banyak aset dengan jumlah yang sama, dan jika harga aset naik, Anda akan mendapatkan lebih sedikit aset dengan jumlah yang sama. Sedangkan strategi lump sum dilakukan dengan menyetor sejumlah dana besar di awal investasi dan membiarkan uang investasi tersebut bergerak naik ataupun turun mengikuti perkembangan pasar, tanpa melakukan tambahan investasi (top up) sampai investor memutuskan untuk mencairkannya.
Pilihan strategi ini efektif memberikan hasil investasi yang baik, jika dilakukan dengan timing yang tepat yaitu saat harga saham sedang mengalami penurunan pada posisi terendah sehingga memungkinkan investor memperoleh lebih banyak unit investasi pada harga yang lebih murah. Jika harga instrumen keuangan naik dalam jangka waktu yang singkat setelah investasi dilakukan, investor dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada jika mereka membagi investasi mereka menjadi beberapa pembelian bertahap. Strategi lumpsum juga melibatkan risiko pasar yang signifikan. Jika investor menempatkan seluruh dana mereka pada saat yang salah, misalnya ketika harga pasar sedang tinggi atau mendekati puncaknya, mereka berisiko mengalami kerugian jika harga turun dalam jangka waktu singkat setelah investasi dilakukan. Oleh karena itu, perlu melakukan analisis pasar dan risiko yang cermat sebelum mengadopsi strategi lumpsum.
Dalam DCA, investor membeli instrumen keuangan dengan jumlah yang sama pada interval waktu yang tetap, sehingga dapat meminimalisir risiko yang ada. Pembelian dilakukan secara bertahap dan teratur, tanpa memperhatikan harga pasar saat itu. Sementara itu, dalam strategi lumpsum, investor menempatkan seluruh jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan secara sekaligus pada suatu waktu tertentu. Perbedaan dalam return antara strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dan strategi lumpsum tergantung pada pergerakan harga pasar dan kinerja instrumen keuangan yang diinvestasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H