Lihat ke Halaman Asli

Rosa

Mahasiswi

Asumsi atau Teori Sekolah Islam Terpadu (SIT) Relevan dengan Manajemen Pendidikan Abad 21

Diperbarui: 8 November 2024   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oleh : Rosa

Mahasiswa Semester 5 Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Kelas MPI E

Menurut Abuddin Nata, "dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan lulusannya yang diharapkan karena dunia pendidikan selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan, dan ketrampilan, tanpa diimbangi dengan membina kecerdasan emosional atau karakter." Meskipun sekolah bertaraf nasional atau bahkan rintisan internasional memiliki sarana dan operasional yang memadai, jika hal ini diabaikan dalam proses pendidikan, tujuan pendidikan tidak akan tercapai sepenuhnya. Karena berprilaku baik atau berkarakter sangat penting untuk membangun peradaban sebuah negara, namun hal tersebut juga harus diimbangi dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan aspek yang lain. Sama seperti Menurut Adian Husaini, "pendidikan karakter atau akhlak saja tidak cukup, perlu dibarengi adab." Sekolah Islam Terpadu (SIT) beroperasi dalam konteks manajemen pendidikan abad ke-21 berdasarkan teori dan asumsi pendidikan yang relevan.

Pertama, dalam Konsep Pendidikan Hilistik. Pendekatan SIT didasarkan pada gagasan pendidikan holistik, yang menganggap bahwa pendidikan harus mencakup pembangunan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Pendekatan ini sejalan dengan teori berbagai kecerdasan yang diusulkan oleh Howard Gardner, yang menekankan bahwa setiap orang memiliki beragam jenis kecerdasan yang harus dikembangkan.

Kedua, Pendidikan Berbasis Nilai. Pendidikan berbasis nilai, atau values-based education, merupakan dasar penting dalam membentuk karakter siswa. SIT memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari sekolah. Teori pendidikan karakter yang dikembangkan oleh guru seperti Thomas Lickona sejalan dengan pendekatan ini. Lickona mengatakan bahwa menanamkan nilai-nilai moral dan etika adalah bagian penting dari pendidikan yang efektif.

Ketiga, Teori pembelajaran kontekstual. SIT menggunakan teori pembelajaran kontekstual, di mana pembelajaran dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata siswa. Teori ini memungkinkan siswa untuk memahami relevansi apa yang mereka pelajari dengan masalah sosial dan kehidupan sehari-hari. Metode ini membantu mempersiapkan siswa untuk menyelesaikan masalah dan menerapkan pengetahuan yang mereka miliki untuk memecahkan masalah yang sebenarnya.

Keempat, Mengadopsi teori konstruktivisme. Selain itu, SIT menggunakan teori konstruktivisme, yang mendorong siswa untuk aktif membangun pemahaman mereka sendiri melalui eksplorasi dan pengalaman langsung. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan membantu siswa dalam proses ini, yang memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan unik untuk setiap siswa. Dengan demikian, SIT dapat membantu pengembangan pembelajaran individu. kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif, yang sangat penting di abad ke-21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline