Lihat ke Halaman Asli

Ropiyadi ALBA

Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Hakikat Kejahiliyahan Masyarakat Arab Pra Islam

Diperbarui: 23 Mei 2021   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : Republika.co.id

Kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah Jahiliyah. Masyarakat Jahiliyah ini identik dengan peradaban yang sangat buruk, pelacuran di mana-mana, pertumpahan darah, dan perbuatan keji lainnya. 

Kehidupan mereka benar-benar rapuh dan jauh dari akal sehat. Kebodohan mencapai puncaknya dan khurafat merajalela di mana-mana.

Kehidupan jahiliyah yang mereka lakukan jangan dimaknai bahwa mereka bodoh dalam ilmu pengetahuan dan terasing sebagai bangsa yang primitif. Bangsa Arab kala itu, khususnya bangsa Quraisy Makkah, sudah dikenal sebagai bangsa pedagang dan banyaknya ahli sastra atau para penyair di kalangan mereka. 

Kita tahu bahwa adanya hubungan dagang dengan bangsa lain merupakan salah satu indikator bahwa bangsa tersebut memiliki kemajuan yang tinggi dalam hal hubungan internasional serta didukung oleh kemampuan bahasa lisan dan tulisan yang dimiliki oleh mereka.

Selain itu, untuk urusan dalam negeri mereka mempunyai sebuah lembaga yang bernama Daarun Nadwah yaitu tempat yang berfungsi sebagai ruang pertemuan para petinggi Quraisy yang dibangun oleh Qushay bin Kilab. Di dalam Daarun Nadwah sering diadakan musyawarah tentang perang dan perdamaian, pegadilan, pernikahan, sunat anak laki-laki, dan upacara khusus saat seorang gadis muda dinyatakan cocok untuk menikah serta hal-hal penting lainnya.

Menurut Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam dalam As Sirah An Nabawiyah Li Ibni Hisyam, dalam Daarun Nadwah terdapat departemen-departemen khusus, di antaranya, Mashura atau dewan penasihat kota, Sadana (lembaga administrasi kota), Hijaba (satuan penjaga kakbah), Siqaya (departemen penyedia fasilitas air minum), Immarat al Bait (institusi pengelola kakbah), dan Ifada atau institusi yang memiliki hak untuk memberikan izin pada delegasi perayaan. 

Ada juga Ijaza, atau Nasi (lembaga perumus/penyesuaian kalender), Qubba (tim penggalangan dana bencana), A'inna (satuan pengendali kuda), Rafada (lembaga penarik pajak dan penyalur amal bagi haji miskin), Asyar dan Asynaq sebagai penanggung jawab laporan keuangan kota, Hukuma (kepolisian), Sifarah (kedutaan), serta Uqab (lembaga standarisasi pelayanan).

Jika kita melihat struktur kehidupan bangsa Arab Quraisy kala itu, maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa mereka adalah bangsa yang bodoh dalam arti jauh dari ilmu pengetahuan. 

Kebodohan (jahiliyah) yang dilekatkan kepada mereka ternyata terletak pada ketidaktahuan akan petunjuk Ilahi sehingga banyak prilaku-prilaku dari mereka yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ketauhidan. Kemusyrikan adalah pangkal dari kebodohan, sehingga manusia seolah berada di jalan yang gelap jauh dari petunjuk.

Inilah makna kebodohan yang sesunggunhya. Mereka telah menjadikan "berhala" sebagai tandingan-tandingan selain Allah yang mereka sembah. Padahal berhala-berhala tersebut adalah hasil kreasi mereka dan tak mampu membuat maslahat maupun mudharat sedikitpun terhap mereka.

Menurut KBBI, Berhala dapat bermakna dua hal, yaitu patung dewa atau sesuatu yang didewakan dan disembah serta dipuja. Pada zaman jahiliyah kita kenal banyak sekali patung yang dibuat dan disembah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline