Menulis, barang kali masih menjadi perkara yang belum membudaya di masyarakat kita. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih terbiasa dengan budaya tutur atau lisan. Banyak orang yang ketika disarankan untuk mencoba menulis, mereka beralasan bahwa menulis itu sulit, tidak punya waktu dan sejumlah alasan lainnya. Padahal banyak manfaat yang akan didapatkan dengan menulis, baik manfaat untuk diri sendiri, lebih-lebih manfaat untuk orang lain.
Bersyukurlah bagi anda yang sudah menjadi seorang penulis dan memiliki banyak artikel yang tersebar di beberapa web site atau blog, karena pastinya artikel-artikel yang sudah anda buat sangat bermanfaat untuk banyak orang. Semakin banyak artikel atau tulisan yang dibuat, maka akan semakin membuktikan kemampuan literasi yang ada pada anda, dan semakin banyak orang yang tercerahkan serta mengambil manfaat dari tulisan anda. Walaupun demikian, tentunya manfaat yang paling utama dari menulis adalah untuk diri sendiri. Dengan membiasakan diri untuk menulis, berarti kita telah melatih untuk dapat menuangkan perasaan sesuai dengan keinginan, dapat memperbaiki suasana hati, meredakan stress, bahkan meningkatkan daya ingat.
Untuk menjadi seorang penulis yang baik, tentunya kita juga harus memiliki kebiasaan membaca. Dengan banyak membaca, berarti akan semakin banyak kosa kata yang kita miliki, yang tentunya akan sangat mempengaruhi gaya tulisan yang kita buat.
Ada satu hal yang kurang lengkap, manakala ada di antara kita yang sudah memiliki kebiasaan menulis dan memiliki banyak artikel yang telah dipublikasikan di berbagai media, namun beragam artikel tersebut dibiarkan terserak begitu saja tanpa adanya sebuah upaya untuk menghimpunnya dalam sebuah buku. Kita semua pasti menginginkan agar tulisan-tulisan kita dapat dibukukan, dan dapat menjadi kenangan indah manakala kita nanti telah tiada, nama kita tidak hanya tertulis di batu nisan, tetapi juga tertulis di sampul buku sebagai seorang penulis.
Menjadi sebuah keinginan terpendam dari saya pribadi, ketika pertama kali menulis setahun yang lalu, bahwa suatu saat saya harus memiliki sebuah buku. Alhamdulillah, Allah Tuhan yang maha mendengar mengabulkan do'a saya. Berawal dari membaca postingan yan berjudul "YPTD Membantu Terbitkan Buku Gratis" yang ditulis oleh salah seorang kompasianer yang telah menuliskan 2.763 artikel di kompasiana.com, yaitu bapak Thamrin Dahlan, rasa itupun semakin membuncah di dada. Ditambah lagi setelah membaca tulisan berikutnya pada tanggal 17 September 2020 yang berjudul "Wujud Nyata YPTD Menerbitkan Buku Ber-ISBN Tanpa Biaya", maka saya tidak pikir panjang lagi segera mencari website terbitkanbukugratis.id dan menyimpan nomor whatapps yang tertera pada artikel tersebut.
Di dalam artikel yang berjudul "Wujud Nyata YPTD Menerbitkan Buku Ber-ISBN Tanpa Biaya", tertulis bahwa komitmen Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) adalah menerbitkan Buku, yang terbagi ke dalam 3 program yaitu :
- Program A : Buku Kumpulan Artikel di website terbitkanbukugratsis.id sebulan sekali (kompilasi)
- Program B : Buku dari para Penulis yang telah menyiapkan naskah untuk segera diterbitkan
- Program C : Buku dari Penulis yang posting di website terbitkanbukugratis.id telah mencapai 40 Artikel
Setelah saya mencermati ketiga jenis program tersebut, rasanya saya dapat memenuhi dengan segera program C, yaitu memposting sebanyak 40 artikel pada website terbitkanbukugratis.id. Tidak lama setelah saya membuat akun di terbitkanbukugratis.id dan memposting dua tulisan saya yang pernah ditayangkan di kompasiana.com, bapak Thamrin Dahlan segera merespon pada kolom komentar untuk terus menulis dan mengirimkan artikel sampai 40 buah agar masuk pada program C.
Respon positif dari bapak Thamrin Dahlan ini segera memacu semangat saya untuk segera memenuhi syarat tersebut. Dalam waktu kurang dari sepekan, terpenuhilah target tayang 40 artikel di website terbitkanbukugratis.id. Atas arahan dari Pak Thamrin, segera saya rapihkan seluruh artikel saya dalam bentuk word dengan ukuran kertas A5, font Times New Roman, spasi 1,5 serta dilengkapi dengan kata pengantar dan daftar isi. Tidak lupa pak Thamrin berpesan untuk menentukan judul yang dapat menggambarkan dominasi arah dari keseluruhan artikel yang saya buat.
Sesuai dengan komitmen YPTD untuk membantu para penulis seperti saya agar dapat menerbitkan sebuah buku, maka tanpa banyak membuang waktu lagi pihak YPTD segera mengurus ISBN buku saya yang berjudul "Mencerdaskan Putra Bangsa di Tengah Badai Pandemi". Tidak lama berselang, hanya sekitar dua hari ISBN saya pun keluar dengan nomor 978-623-94852-2-1 , dan buku saya pun siap dicetak.
Buku yang berjudul ""Mencerdaskan Putra Bangsa di Tengah Badai Pandemi" ini merupakan buku yang ke-22 yang diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD), dan merupakan buku pertama untuk program C yaitu posting 40 artikel. Sesuai dengan komitmenya, YPTD memfasilitasi lahirnya buku ini, mulai dari pengurusan ISBN, cetak sampai buku terbit tanpa biaya. Saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pengurus YPTD, khususnya bapak Thamrin Dahlan, bapak Dian Kelana, dan bapak NH Maksum yang secara langsung membidani lahirnya buku perdana saya ini.
Bagi seorang Akademisi dan penulis pada umumnya, kepemilikan buku ibarat Pusaka. Inilah kekayaan intelektual yang diabadikan dalam bentuk buku sebagai bukti fokus dalam memberikan yang terbaik untuk komunitas yang terkait dengan bidang pendidikan dan literasi bangsa. Kita para Penulis sangat yakin bahwa keberadaan buku sejatinya mewakili sosok seorang Pejuang Literasi. Buku adalah keabadian karena memberikan manfaat yang sangat besar dalam usaha untuk mencerdaskan Kehidupan Bangsa, sebagaimana amanah konstitusi kita.***