Lihat ke Halaman Asli

Ropiyadi ALBA

Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Sektor Pariwisata dan Penerbangan, Apakah Solusi dari Pertumbuhan Ekonomi yang Minus?

Diperbarui: 9 Agustus 2020   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar :kompas.com

Badan Pusat Statistik ( BPS) pada 6/8 2020 yang lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 minus hingga 5,32 persen. Hanya ada 2 komponen yang masih mencatatkan pertumbuhan positif, yakni perumahan dan perlengkapan rumah tangga 2,36 persen serta kesehatan dan pendidikan 2,02 persen. 

Mengetahui hal ini, Presiden Jokowi mengungkapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lewat sektor pariwisata dan penerbangan, karena kedua sektor ini sangat terdampak dari penurunan ekonomi di Indonesia. Pemerintah melihat penurunan yang dirasakan tersebut justru menjadi momentum tersendiri untuk melakukan konsolidasi dan transformasi untuk dua sektor tersebut. Transformasi yang dimaksud berupa penataan kembali rute penerbangan hingga kemungkinan adanya penggabungan antara BUMN Penerbangan dan Pariwisata guna menguatkan kembali kedua sektor tersebut.

Pada 31/7/2020 yang lalu sejumlah tempat pariwisata di Bali sudah dibuka, walaupun baru dibuka untuk wisatawan Nusantara (domestik), dan rencananya pada 11/9/2020 baru akan dibuka untuk wisatawan mancanegara.  Pembukaan tempat wisata ini merupakan bagian dari upaya pemulihan ekonomi setelah mengalami kerugian yang besar akibat pandemi Covid-19.

Pembukaan tempat wisata dan jalur penerbangan tentunya harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, karena jika tidak, akan memunculkan celah baru penyebaran Covid-19 di wilayah yang tadinya merupakan zona hijau. Namun demikian, upaya pencegahan penyebaran Covid-19 secara preventif di tempat-tempat wisata maupun jalur penerbangan bukanlah satu-satunya penentu keselamatan. 

Dibutuhkan kesadaran dan kedisiplinan dari semua pihak, baik itu pengunjung, pengelola tempat wisata, ataupun penyedia jasa perjalanan untuk mematuhi semua prokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

Keinginan untuk berwisata dari sebagian masyarakat memang sudah sangat besar, setelah sekitar empat bulan melakukan pembatasan sosial akibat pandemi. Namun keinginan tersebut tetap harus mempertimbangkan faktor kesehatan yang menjadi fokus utama, jangan sampai hasrat hati ingin refresh malah justru terpapar Covid-19. 

Dalam menyikapi minusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 yang minus hingga 5,32 persen ini, sebaiknya pemerintah tidak bersikap apologetik dengan mengatakan bahwa Indonesia masih lebih baik dari beberapa negara di dunia, seperti Amerika Serikat maupun Singapura.

Informasi ini harus menjadi peringatan dan catatan agar Indonesia tidak terjerumus pada jurang resesi ekonomi yang dalam.  Masih ada harapan ekonomi akan tumbuh di kuartal III 2020 nanti, dengan adanya beberapa indikator pada Juni 2020 mengalami perbaikan, meski masih jauh dari kondisi normal. 

Indikator yang mengalami perbaikan, antara lain transportasi udara internasional tumbuh 54,70 persen dibanding Mei 2020, transportasi udara domestik meningkat 791,38 persen, angkutan kereta api penumpang 69,40 persen, angkutan laut penumpang 134,10 persen, dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) meningkat 5,25 poin.

Namun sekali lagi, perlu disadari oleh semua pihak bahwa pembukaan sejumlah tempat wisata dan jalur penerbangan merupakan langkah antisipatif untuk mencegah keterpurukan ekonomi lebih mendalam akibat pendemi global Covid-19. Kita harus tetap sadar bahwa sesungguhnya saat ini kita masih berada pada kondisi abnormal. 

Musuh utama kita saat ini adalah Covid-19, sehingga concern utama tetap pada pencegahan penularan virus corona dan penemuan obat maupun vaksin Covid-19. Keterpurukan ekonomi, melemahnya daya beli dan konsumsi masyarakat merupakan akibat, sehingga jangan sampai berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru membuat "buntung" bukannya untung, karena kita gagal fokus terhadap sumber utama penyebab pelemahan ekonomi tersebut.***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline