Sudah lama peristiwa itu terjadi... Ketika ia baru saja bersua Tuhannya... Ketika Ayam jantan masih bernyanyi... Saat itu kau siram wajahnya.
Kau nyalakan bara permusuhan... Kau hidupkan sarang kejahatan.... Kau bela para koruptor... Untuk memenuhi hasratmu yang kotor.
Kini kebenaran sedikit terkuak... Kau berlindung dibalik seragam Coklat... Seragam yang terkesan galak... Pengayom dan pelindung masyarakat.
Saatnya kami terus sabar menunggu... Apakah jeruk akan makan jeruk... Jangan sampai rasa ini terganggu... Oleh prilaku yang terus memburuk.
Wajahnya yang telah kau siram... Tetap tegar walau terancam... Tetap garang walau difitnah... Oleh wanita berkerudung merah.
Kau bilang ia Pengkhianat... Kau bilang ia penjahat... Hanya karena ia bela rakyat... Hanya karena ia bukan penjilat.
Semoga kau segera sadar... Perbanyaklah istighfar... Katakan siapakah sang bandar... Yang menyuruhmu berlaku bar-bar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H