Lihat ke Halaman Asli

NoVote

Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen

Cerpen | Gara-gara 100 Ribu

Diperbarui: 14 Maret 2020   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. borneonews.co.id


Hujan deras, kadang petir sambar menyambar. Di tengah sungai, melarung batang (kayu gelondongan dipotong diikat menjadi rakit). Dua saudara, Dian dan Timan berada di atas batang dalam gigil kedinginan. Siang hari.

"Bagaimana ini, Bang," tanya Timan

"Lanjut saja. Jika kita singgah. Peluangnya kecil," sahut Dian.

"Gila banget. Enakan Dia. Datang setor."

"Kita berhujan, berpanas, benyamuk."

"Iya, duduk manis dapat 100 ribu. Gila memang."

Dua orang perambah hutan sejati. Turun temurun dari leluhurnya. Tak sempat mengenyam sekolah.

Mereka lebih khawatir akan 100 ribu daripada sambaran petir. Upeti menanti harus dibayar diujung kampung.

Perkiraan larung batang akan sampai di kampun lepas tengah malam. Uang 100 ribu selamat. Kalau telat, melayang 100 wajib disetorkan.

Dan benar saja. Ada pohon besar tumbang di hadapan mereka. Menghalangi rakit batang.

"Gimana!?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline