Lihat ke Halaman Asli

Surobledhek

Cukup ini saja

"Hybrid Skill" dan Perubahan Kurikulum

Diperbarui: 2 Maret 2020   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

InaKoran Revolusi Industri 4.0 Picu PHK Besar-besaran

"Pak! Tolong, ini mengetik tanda bintang ini bagaimana caranya?" teriakan peserta didik.
"Ya Allah bocah, cah. Gitu ae gak bisa!" jawab gurunya.

Zaman melinial, ada anak SMP mau ikut UNBK masih bertanya, kalau mau mengetik tanda bintang pada pada keyboard komputer apa yang harus ditekan. Bagaimana mungkin? Tapi ada di sekolah kita.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Gambaran percakapan di atas antar guru dan pengawas gladibersih UNBK 2020. Dalam kacamata normal, kira-kira gambaran peserta didik seperti itu bagaimana? Jelas dalam 6 tahun ketika berada di SD dan hampir 3 tahun di SMP mungkin tak pernah sekali pun duduk di depan komputer atau laptop. Kalau mencari tanda bintang saja pada keyboard tak ketemu. Bagaimana mungkin kita memastikan mereka kenal dan mahir dalam mengoperasikan komputer.

Hampir semua anak di Indonesia lekat dengan namanya gawai android. Dalam transaksi elektronik untuk mencek pulsa, mencek kuota internet, dan bentuk cek-cek lainnya menggunakan tanda bintang tersebut.

Padahal dengan mengetik Shif + 8 pada keyboard tertera tanda bintang. Walau tidak semua peserta didik tidak tahu. Tapi masih banyak yang bertanya pada teman-temannya.

Lenyapnya mata pelajaran TIK pada SMP makin menjauhkan apeserta didik dari praktik komputer. Mereka akan dapat ilmu dari mana soal komputer tersebut.

Kondisi ini diperparah dengan masih kekehnya sekolah melarang peserta didik membawa gawai androidnya ke sekolah. Padahal fengan adanya android mereka dapat belajar dan menggali informasi dari laman-laman yang bertebaran diinternet dengan alasan disalahgunakan.

Tak akan mungkin peserta didik sekonyong-konyong langsung ahli IT jika tidak ada pembelajaran di sekolahnya. Sementara era digital semakin hari semekin melesat jauh meninggalkannya.

Jangankan peserta didiknya. Kalau mau jujur, para guru pun tak sedikit yang gagap masalah digital. Untuk membuat sebuah surat elektronik saja kadang membutuhkan bantuan orang lain. Apalagi berinteraksi secara digital dan mendalami IT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline