Lihat ke Halaman Asli

(Unplanned) Trekking in Chiang Mai

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kota Chiang Mai memang layak disebut ‘Rose of the north’-nya Thailand walaupun merupakan kota besar (metropolitan) Chiang Mai memang tempat yang tepat untuk dijadikan tempat untuk berlibur dan relaks. Selain udaranya sejuk dan dikelilingi pegunungan, penduduk local kota ini sangat ramah. Tidak jarang saya melihat penduduk local melemparkan senyum dan mengucapkan salam pada setiap turis atau traveler yang mereka lihat. Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin mengunjungi kota ini dan baru kesampaian 3 minggu yang lalu. Selain karena penasaran saya juga memang ingin merasakan thai experience in different way. Selama ini saya ke Thailand pasti hanya ke Bangkok dan wilayah selatan bagian Thailand saja (Phuket, Krabi, etc). Untuk perjalanan ke Chiang Mai saya tidak mengambil penerbangan langsung dari Singapura atau Kuala Lumpur saya berencana menggunakan kereta api dari Bangkok (Stasiun Hualampong). Selain murah, dengan naik kereta api saya bisa berbaur dengan orang local yang mau pulang kampung baik ke Chiang Mai maupun ke daerah utara Thailand lainnya. Untuk perjalanan menggunakan kereta api ke Chiang Mai dapat ditempuh dengan 15 jam perjalanan dan kondisi kereta di Thailand hampir sama dengan kereta api di Indonesia.

Pukul 2.30 siang kereta melaju meninggalkan stasiun Hualampong Bangkok dan tiba di Chiang Mai pada pukul 5 pagi keesokan harinya. Sesampai di stasiun Chiang Mai sebenarnya saya berniat untuk naik Rod Daeng (angkot di Chiang Mai) atau tuk-tuk tapi setelah saya lihat peta ternyata jarak dari stasiun kereta ke old city (city wall Chiang Mai) tidak terlalu jauh hanya berjarak sekitar 3 km saja. Saya tinggal mengambil jalan lurus dari Charoen Muang Road menyusuri Nawarat Bridge dan Tha Pae Road kurang lebih 20 menit saya sudah berada di Tha Pae Gate, awalnya saya agak seram juga tapi setelah saya lewati ternyata jalanan di Chiang Mai aman-aman saja padahal saya jalan sendirian di pagi-pagi buta. Dari Tha Pae Gate tujuan saya adalah menuju daerah Sriphoom yang merupakan backpacker center di Chiang Mai. Di tempat ini kita bisa menemukan banyak sekali hostel murah dan akomodasi lainnya serta resto dan bar-bar seperti yang ada di Khao San Bangkok. Tapi perbedaaannya di Chiang Mai semua bar-bar tersebut lebih tenang, cozy dan tidak berisik. Pokoknya tempatnya enak banget buat nongkrong dan ngobrol bareng teman-teman. Oh iya, di Chiang Mai saya tidak menemukan satupun para “calo-calo wisata (scammer)” seperti yang ada di Bangkok, disini memang benar-benar tempat yang tepat untuk relaxing.

Setelah mendapatkan hostel untuk menginap saya pun bergegas untuk mandi dan sarapan serta siap-siap untuk meng-explore Chiang Mai. Untuk hostel saya tidak melakukan booking in advance karena saya memang sengaja untuk hunting on the spot and try my luck :). Selesai mandi dan sarapan saya langsung memulai petualangan saya di Chiang Mai dan untuk hari pertama tujuan saya adalah Doi Suthep dan Wat Prhathat karena dari sini kita bisa melihat kota Chiang Mai dari ketinggian 1073m dan saya juga penasaran untuk mencoba menaiki Dragon Stair (saya sih menyebutnya Stairway to Heaven) yang merupakan tangga untuk menuju Wat Prhathat. Untuk sampai ke Doi Suthep kita harus naik Rod Daeng dari Chang Puak Gate, harga ongkosnya per orang 50 bath untuk naik ke Doi Suthep dan 50 bath turun ke Chiang Mai. Dari hostel ke Chang Puak Gate sebenarnya saya bisa naik Rod Daeng dengan ongkos 20 bath tapi karena saya lihat di peta jaraknya cukup dekat akhirnya saya memutuskan jalan kaki saja.

Rod Daeng menuju Doi Suthep ini akan berangkat kalau sudah penuh (10 orang), pas saya sampai saya hanya melihat 4 orang sudah naik ketas angkot tersebut diantaranya adalah 3 traveler bule (1 cewe dan 2 cowo) dan satunya orang local serta tambah saya penumpang yang kelima. Karena masih kurang 5 penumpang lagi akhirnya saya dan satu traveler bule dari US jadi kernet dadakan mencari 5 orang lagi yang mau mengarah ke Doi Suthep, oh iya jarak dari kota Chiang Mai ke Doi Suthep cukup jauh juga kira-kira 18 km dan ditempuh dalam 30 menit perjalanan, disepanjang perjalanan saya ke atas banyak juga turis yang menggunakan motor maupun sepeda menuju Doi Suthep. Lengkap 10 penumpang Rod Daeng pun akhirnya jalan juga. Selama di perjalanan disamping saya duduk traveler cewe asal US namanya Ellie, sepanjang perjalanan kami berbagi cerita mengenai tempat-tempat mana saja di Thailand yang sudah kami kunjungi sebelumnya dan karena saya tidak memiliki itinerary yang pasti setelah Doi Suthep, dia akhirnya menawarkan untuk ikut dengan dia trekking di Doi Duthep National Park dan saya pun langsung setuju berhubung saya dengar dari orang local kalau di Doi Suthep National Park ada 2 air terjun yang menarik.

Sampai di gerbang Doi Suthep Wat Prhathat kami langsung menuju Dragon Stair dan benar saja memang anak tangga untuk menju kuil Prhathat memang sangat tinggi dan terdiri dari 350 anak tangga, kalau tidak mau naik tangga para pengunjung bisa naik ke atas Wat dengan menggunakan Cable Car. Puas melihat-lihat serta foto-foto di Wat Prhathat serta Doi Suthep view point kami pun melanjutkan petualang untuk trekking di Doi Suthep National Park. Untuk menuju gerbang Doi Suthep National Park kita bisa mengambil jalan pintas dari gerbang depan Wat Prhathat posisinya persis dibelakang para penjual makanan yang ada disekitar Dragon Stair. Dari jalan shortcut ini kita bisa langsung naik tangga menuju gerbang National Park, sesampainya di gerbang kami pun langsung bertemu wanita penjaga Information Office untuk mendapatkan peta alur trail yang bisa kami lalui. Si wanita penjaga dengan bahasa inggris yang sangat pas-pasan mengatakan bahwa taman nasional tersebut sedang ditutup untuk umum alasannya kenapa saya dan Ellie pun tidak mengerti juga karena dia hanya bilang sedang ditutup. Karena sudah sangat penasaran kami berduapun mengabaikan apa yang dia infokan, dan dengan bermodalkan peta (dalam tulisan thai pula!) yang kami dapatkan di Information Office akhirnya kami nekad juga untuk melakukan trekking kami :). Dengan mencoba-coba jalan yang ada serta bertanya kepada penduduk local yang tinggal di sekitar taman akhirnya kami menemukan juga trail untuk trekking dan betul saja trail trekking memang sedang ditutup dengan palang kayu. Saya dan Ellie pun saling menatap dan sama-sama tersenyum dan saya bilang, “wanna continue?” dan dia pun mengangguk alhasil kami berdua jadi juga trekking walaupun kami berdua tahu agak berbahaya tapi rasa pingin tahu mengalahkan semua ketakutan dan keraguan ditambah adrenalin pumping to da max :) bahkan sayapun sempat melontarkan joke sarkastik ke Ellie “don’t blame me if u’re dead in here” dan diapun tertawa dan bilang “you have disturbing sense of humor”. Karena peta yang kami pegang bertuliskan thai kami pun melakukan trekking di hutan tersebut hanya dengan mengikuti trail serta papan petunjuk yang ada dan juga mengingat jalan yang telah kami lalui.

Selama melakukan trekking saya dan Ellie banyak bertukar informasi mengenai semua hal bahkan pengalaman lucunya selama jadi pengajar bahasa inggris untuk anak-anak TK di Korea. Sayapun akhirnya tahu kalau teman dadakan jalan-jalan saya ini memang hobby dengan outdoor activity bahkan Ellie bilang waktu dia masih SMA dia sering camping sendiri ke hutan, tidak heran dia punya jiwa petualang. Setelah 1 km berjalan kami melihat trail yang kami lalui sedang tidak bagus karena banyak pohon tumbang bahkan ada tanah yang longsor, akhirnya kami mengerti juga kenapa trail ini ditutup agar tidak membahayakan para pengunjung yang mau melakukan trekking. Kamipun sempat cemas melihatnya tapi tiba-tiba kami mendengar suara air terjun dari kejauhan, saking senangnya kami pun langsung bergerak menuju sumber suara tersebut dan betul saja kami akhirnya menemukan air terjun, dari trail yang kami lalui perlu jalan 500 meter melalui jalan setapak melalui semak-semak hutan untuk sampai di air terjun tersebut. Lelah bercampur dengan senang itulah yang kami rasakan ya walaupun air terjunnya tidak gede-gede amat setidaknya kami sudah buktikan bahwa kami tidak perlu peta untuk menemukan air terjun tersebut, nama air terjun yang kami kunjungi itu adalah Sok Yoi Fall. Puas melihat air terjun tersebut kami pun melanjutkan trekking kami untuk mengetahui apa yang ada dipuncak Doi Suthep National Park tersebut. Saya sempat menyesal karena saya lupa mengambil foto air terjun tersebut.

Dari papan petunjuk yang kami lihat di sepanjang trail saya mengetahui kalau kami sudah berjalan 4 km lebih dan trail tersebut semakin tajam menanjak dan memang butuh ekstra tenaga untuk bisa menaklukkannya. Pas lagi kami istirahat untuk minum tanpa sengaja kami menemukan beberapa pohon pisang di dekat kami dan ekspresi si Ellie senangnya bukan main bahkan dia sempat menyuruh saya untuk mengambil fotonya pose di depan pohon pisang dengan kameranya, saya pun sempat tertawa geli melihat ekspresi teman saya ini. Dia bilang ke saya; “Ron, finally I can see banana trees with my eyes, u know literally in front of me directly!!!” saya dalam hati cuma bilang “kasian deh lo!” hehehehehehehehe. Sepanjang perjalanan trekking kami sempat berhenti di beberapa spot menarik untuk mengambil foto-foto pemandangan yang luar biasa. Sampai-sampai kami pun tidak tahu sudah seberapa jauh kami telah berjalan, jam menunjukkan sudah pukul 3 sore dan hal itu nenandakan bahwa kami sudah 2 jam melakukan trekking. Sebenarnya kami masih penasaran untuk terus melanjutkan perjalanan kami tapi karena waktu yang sudah mulai sore serta kabut yang mulai turun kami akhirnya memutuskan untuk turun kembali ke gerbang Wat Prhathat untuk pulang ke kota Chiang Mai. Agak menyesal juga sih karena masih sangat penasaran apa yang akan kami temui di akhir trail yang kami lalui.

Untuk jalan pulang kami kembali mengikuti trail yang tadi kami lalui, jalanannya turun menukik sehingga lumayan lebih cepat sampai di gerbang trail. Sampai di gerbang trail kamipun bertemu salah satu petugas Doi Suthep National Park dan diapun cuma bisa geleng-geleng lihat kami berdua :). Akhirnya dia menjelaskan kalau trail ditutup karena sedang tidak aman untuk dilalui takutnya pengunjung terkena pohon tumbang atau tanah longsor ditambah adanya binatang buas dan sebenarnya untuk melakukan trekking setiap pengunjung wajib ditemani pemandu dari taman tersebut. Namun anehnya selama kami trekking tak satupun yang disebutkan kami alami, mungkin kami berdua sedang beruntung saja! Saya dan Ellie sendiri tidak mau membayangkan salah satu yang disebutkan oleh si petugas terjadi ke kami, amit-amit deh! :)

Capek, kaki pegal-pegal memang sangat menyiksa setelah selesai trekking dikarenakan medan trail yang cukup berat tapi pada akhirnya saya dan Ellie puas karena kami berhasil juga trekking trekking walaupun sebenarnya membahayakan keselamatan kami. Selama perjalanan ke Chiang Mai saya hanya bisa tersenyum membayankan petualangan yang baru saya alami dan sampai di kota saya dan Ellie akhirnya mencari tempat makan karena kami sudah lapar berat. Ada petikan kalimat dari Elli yang selalu saya ingat “ Stubborn is like a hell!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline