Lihat ke Halaman Asli

Sekali Lagi, tentang Lalu Lintas di Tempat Kita

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggap bahwa sesuai data terakhir tahun 2011 jumlah penduduk Jakarta sekitar 9,6 juta jiwa,  sepertiganya penduduk memiliki satu sepeda motor, maka akan tercatat bahwa setiap hari sekitar 3 juta sepeda motor berjalan diseluruh jalan raya di jakarta dan sekitarnya. Itu belum ditambah dengan jumlah sepedamotor yang berdomisili diwilayah Bodetabek yang juga menyumbang aktifitas dengan memasuki jakarta setiap hari pergi-pulang. Bila ditambah dengan jumlah mobil? terbayanglah suatu angka  rasio tentang volume dan kapasitas jalan raya di jakarta sehingga bila dimasukkan dalam formulasi untuk menilai tingkat pelayanan, nilai yang didapat sudah pasti nilai yang paling rendah. Dikaitkan lagi dengan konsumsi BBM? jelas, andai saja sebuah sepeda motor membutuhkan BBM satu liter perhari, maka 3 juta liter BBM akan terhabiskan. Ini belum lagi diperhitungkan dengan kebutuhan BBM untuk mobil dan sepedamotor dari wilayah tetangganya. Menyeramkan, betapa hausnya kita akan BBM dan betapa tidak nikmatnya berlalulintas di jakarta. Uang, Tenaga, Waktu dan Pikiran akan terkuras. Semua pihak yang berkepentingan saling merasa benar. Semua sama sama tahu bahwa untuk mengatasi kondisi tersebut mau tak mau harus beralih pola transportasi yaitu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dari sini juga dapat diperoleh penghematan luar biasa dari penggunaan BBM. Namun demikian, tak ada satupun yang mau memulai beralih dengan berbagai alasan dan merasa benar sendiri bahwa untuk memulai hal tersebut bukan dimulai dari dirinya namun tergantung dari pihak yang lain.

Lalu siapa yang akan memulai perubahan ini? jawabannya adalah semuanya harus memulai perubahan secara bersama. Kuncinya sederhana, sediakan transportasi masal yang relatif nyaman, terjangkau, memiliki banyak arah dan setiap saat ada. Jelas, pengguna mobil pribadi ataupun sepedamotor akan enggan beralih bila kondisi itu tidak diperolehnya. Harus mulai dibiasakan kepada masyarakat bahwa berjalan kaki itu adalah olah raga murah dan sangat menyehatkan. Ini penting sebab kendaraan umum nantinya tidak berhenti didepan pintu rumah, melainkan ditempat pemberhentian yang tertentu sehingga untuk menuju ketempat tujuan harus disambung dengan berjalan kaki.

Masyarakat perkotaan di kota -kota besar di asia, eropa maupun amerika sudah sangat terbiasa dengan berjalan kaki karena mereka bisa sekaligus menjaga kesehatan dengan olahraga berjalan kaki. Jarak sampai sejauh 1 km bukan hal yang memberatkan. Bagi mereka ini sebetulnya merupakan hal yang dapat membanggakan karena dapat menunjukkan bahwa dirinya masih sehat dan kuat secara fisik. Dari sisi peraturan, dapat dicontoh juga penerapan kepemilikan kendaraan bermotor. Pada beberapa negara diberlakukan bahwa setiap pemilik kendaraan bermotor khususnya mobil, harus mempunyai tempat penyimpanan mobil atau menunjukkan surat bukti bahwa pemilik telah menyewa tempat penyimpanan mobil. Mobil tak dapat diparkir sembarangan dipinggir jalan. Biaya parkir, diberlakukan tinggi. demikian juga dengan biaya pemakaian jalan tol.

Bagaimana dengan negara kita? ambil contoh saja untuk Jakarta, jawabannya adalah optimis bahwa kita bisa mengatasi dengan beralih pola transportasi dari kendaraan pribadi menuju transportasi umum yang nyaman dan mudah. Pengoperasian kereta api listrik Jabodetabek dan rencana pengoperasian Mass Rapid Trans (MRT) di jakarta dalam waktu dekat mendatang akan sangat membantu. Tetapi itu masih memiliki keterbatasan pilihan tujuan. Dari sisi lain, adanya Bus Way yang dioperasikan Trans jakarta lah yang sangat membantu terutama dalam variasi pilihan arah dan tujuan. Mengacu pada pengoperasian transportasi perkotaan di kota-kota besar di asia dan eropa, penggunaan kereta api listrik dan trem  diperkotaan memang menjadi andalan utama. Bila melihat hal ini, bukan tidak mungkin kita menerapkannya di jakarta.  Paling nyata adalah merubah Bus way trans jakarta menjadi Tram Way. Hanya sedikit perubahan yang dilakukan secara teknis dan pengaturan, trans jakarta bisa menjadi semacam kereta trem yang ada di tokyo, yaitu kereta dengan bodi seperti bus bergandeng sampai dengan empat atau enam unit, dengan satu penggerak listrik, namun mempunyai roda ban karet seperti halnya bus, bukan mempunyai roda besi sebagaimana kereta api pada umumnya.

Keuntungan yang diperoleh dari menjadikan trans jakarta ke monorail (bus digandeng banyak) adalah kita tak perlu lagi melakukan banyak pembuatan jalan, karena jumlah koridor bus way saat ini sudah bisa menyumbangkan jumlah pilihan arah bagi pengguna jasa, apa lagi bila di tambah dengan pilihan memakai kereta api listrik jabodetabek dan MRT.  Jalan (Bus way) yang ada dapat dimanfaatkan, hanya saja perlu disesuaikan sarana bus nya.

rute bus way yang cukup mewakili arah tujuan

kereta - trem di odaiba - tokyo, prinsipnya adalah bus yang bergandeng sampai 6 unit, dengan roda biasa seperti dijalan raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline