Pemilihan umum anggota legislatif tahun 2014, tanggal 9 April 2014 yang berlangsung di TPS 49 dan 50 kelurahan Cilandak Timur Jakarta Selatan berjalan aman dan damai. Kedua TPS yang terletak di dalam kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Cilandak Jakarta Selatan ini telah dibuka pada pukul 07.00 pagi hari.
Para pemilih yang umumnya adalah warga kampus datang dan memberikan suara mereka. Hingga menjelang pukul 13.00 siang hari, para pemilih masih terus berdatang dan menggunakan hak mereka dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.
Meskipun panitia menyediakan kursi yang cukup nyaman sebagai tempat duduk, pemilih lebih suka duduk di tembok-tembok pendek kelas yang biasa digunakan mahasiswa beristirahat saat rehat kelas.
Mengintip calon
Semua pemilih yang datang ke TPS menyempatkan waktu untuk menatap lima poster besar yang dipampang pada pintu masing-masing TPS. Kelima poster itu berisi empat gambar. Gambar pertama adalah petunjuk pelaksanaan pemberian suara. Poster kedua berisi gambar calon anggota DPD Provinsi DKI Jakarta. Poster ketiga, keempat dan kelima berisi gambar para calon anggota legislatif nasional dan daerah.
"Pilih siapa?,"begitu komentar rata-rata pemilih yang baru tiba kepada mereka yang sudah berdiri beberapa saat menatap poster-poster itu.
"Pilih siapa ya?,"jawab yang ditanya.
Perasaan para pemilih hampir selalu sama. Tidak ada orang yang mereka kenal. Fakta jauhnya jarak antara konstituen dan calon dalam pemilu ternyata juga dirasakan oleh masyarakat kampus yang sehari-hari bergelut dengan jutaan gelombang informasi serta bertumpuk literatur politik.
Jarak ini makin diperlebar oleh kartu suara yang bersifat "tertentu". Hanya para calon yang ada pada lingkup daerah pemilihan yang gambarnya tertera pada tanda gambar. Artinya, jika saya mengenal Yulia Perez, tetapi ia tidak masuk sebagai calon anggota legislatif wilayah Jakarta selatan, maka saya tidak akan menemukan gambarnya dan namanya pada kartu suara di TPS manapun di Jakarta Selatan.