Tanya. Selidik. Bertian kini kah laki-laki? Menunduk. Merintih. Berkacak namun mengaduh. Muka pucat pasi pun sakit mencekik.
"Guruh!"
Bu Sri terbangun dari mimpi buruknya.
Tangan kanannya diletakkan di atas dada, menahan lari cepat detak jantungnya. Ia menoleh sekeliling. Kamar tidurnya tampak bersih dan rapih. Tidak ada goa. Tidak ada tenda. Tidak juga akar pohon raksasa. Nafasnya diatur perlahan agar kembali normal.
Bu Sri meraih tilpun genggamnya. Dilihatnya waktu. Pukul 09.30 pagi. Sontak ia melompat dari tempat tidur. Berlari ke luar. Menuju ruang keluarga.
Tidak ada seorang pun. Keadaan rumah sepi. Guru Bisma seperti biasa telah berangkat pagi-pagi.
Tidak biasanya Bu Sri bangun sesiang itu. Tidak juga biasa ia bermimpi sepanjang itu. Ia mungkin membutuhkan psikiater untuk berkonsultasi. Mimpi buruknya dapat mengganggu kestabilan emosinya. Atau sebaliknya. Ketidakstabilan emosinya menghadirkan mimpi buruk berkepanjangan.
"Guruh." Itu nama yang terlintas tiba-tiba di benak Bu Sri. Digesernya layar gawai yang masih ia genggam.
"Halo, Bu. Apa kabar?,"suara Guruh terdengar di ujung sana.
"Baik, Le. Ibu sehatt. Bapak juga sehat. Bagaimana kabarmu di Semarang?" Bu Sri berharap semua yang terbaik tercurah bagi Guruh.
" Baik, Bu. Atas doa Ibu dan Bapak. Bagaimana kondisi kepala Ibu?"
"Baik, Le. Tidak ada masalah."
"Puji Tuhan."