Lihat ke Halaman Asli

Rooy John

Cuma Orang Biasa

Muara (32)

Diperbarui: 8 Mei 2022   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tanya. Selidik. Bertian kini kah laki-laki? Menunduk. Merintih. Berkacak namun mengaduh. Muka pucat pasi pun sakit mencekik.

 

Guruh memeluk senapannya erat-erat. Ia duduk menjauh dari pasukan. Pada bagian paling depan lobang pertahanan. Marah. Kecewa. Curiga. Benci. Semua bercampur menjadi satu. Meracuni pikirannya dan membusukkan semangat tempurnya.

“Aku ingin meledakkan kepalanya. Andikara.” Sungut Guruh saat Suami Menik menemuinya di lobang pertahanan.

“Aku paham. Tapi itu bukan hal penting.” Suami Menik menepuk pundaknya.

Guruh menatap kakak iparnya.

“Ada hal lain yang lebih penting yang harus kamu ketahui. Hal yang kujanjikan untuk diungkap. Hal yang tidak ditanyakan seorangpun dari pasukan karena euforia kemenangan hari ini.”

“Apa itu Mas?”

“Kami bertemu dengan dua orang di Boaz. Mungkin lebih tepatnya dua pribadi.”

Guruh meletakkan senapannya ke dinding liang perlindungan. Ia menata duduknya. Sekarang ia berhadapan dengan kakak iparnya.

“Dua pribadi?”

“Iya. Keduanya mengenalmu sangat dekat. Mereka bahkan melukiskanmu lebih dari yang aku tahu. Sama seperti pengalamanmu, kami dibawa menjelajahi pemukiman. Tetapi sama sekali tidak menemukan siapa pun,  selain keduanya. Mereka membawa kami melihat pintu matriks Boas. Sama sepertimu, aku tidak memahami apa yang aku lihat di sana dan apa yang aku lihat dari sini.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline