Covid19: The Great Reset adalah buku yang wajib dibaca setiap orang. Dari sudut pandang dan perspektif manapun, buku ini amat menarik karena merupakan karya kunci memasuki era baru dalam lompatan peradaban manusia. Prof. Klaus Schwab, pendiri dan Ketua World Economic Forum ditemani oleh Thierry Malleret, mitra pengelola Monthly Barometer menulis buku ini sebagai panduan bagi kita untuk memahami penataan akbar dunia baru yang nampaknya direncanakan terjadi pada tahun 2030.
Covid19, dalam pandangan kedua penulis adalah pemicu (trigger) bagi penataan dunia baru di segala aspek. Bukan karena covid19 maka dunia perlu ditata sedemikian rupa. Tetapi covid membantu percepatan penataan dunia dan manusia yang hidup di dalamnya. Karena senyatanya, banyak hal yang menjadi fokus penataan, sesungguhnya sudah ada, sedang terjadi dan terus berkembang sejak beberapa dekade belakangan.
Dibuka dengan pengantar melankolis tentang Covid19 yang dipandang kedua penulis sebagai musibah tanpa banding dalam sejarah manusia, penataan akbar didorong terjadi pada berbagai aspek kehidupan. Namun jika semua aspek itu diperas menjadi satu saja maka inisiasi bermuara pada aspek ekonomi-bisnis dunia baru.
Covid19 menempatkan masyarakat dan individu pada masa paling menantang yang dihadapi lintas generasi. Kejatuhan itu menyebabkan banyak hal mungkin berubah selamanya. Covid menciptakan gangguan proporsi monumental ekonomi serta bahaya lainnya dalam bidang politik, sosial dan geopolitik. Covid19 juga meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan serta memperluas jangkauan teknologi dalam kehidupan manusia. Pendek kata, dunia memerlukan penataan komprehensif pasca covid19.
Satu-satunya hal yang tidak dapat dijangkau oleh inisiasi penataan akbar itu adalah waktu. Waktu jualah yang menyebabkan tulisan ini ada. Waktu yang mengatasi ruang, tetapi pada saat yang sama juga dibatasi oleh ruang. Pada saat ruang membatasi waktu,karya fenomenal Schwab dan Malleret hadir seolah panacea atas seluruh masalah. Tetapi pada saat waktu tidak dapat dibatasi oleh ruang, karya itu patut dipandang sebagai konsepsi yang harus dikritisi, diberi catatan pendamping, atau paling tidak, dibaca dengan psikologi yang berbeda.
Konsepsi Kerangka Kerja
Schwab dan Malleret memulai paparan mereka tentang penataan akbar dengan mengajukan tiga postulat sebagai soko guru tata dunia baru. Ketiga postulat itu adalah kesalingtergantungan (intependency), kecepatan (velocity) dan keserbarumitan (complexity). Ketiganya disebut kerangka kerja dunia abad 21.
Kesalingtergantungan (interdependency) manusia di abad 21 ditunjukan oleh konektivitas sistemik mendalam dimana semua risiko saling berpengaruh dalam interaksi jejaring yang kompleks.
Sebagai produk sampingan globalisasi dan teknologi, kesalingtergantungan didefinisikan sebagai dinamika ketergantungan antar unsur pembangun sistem. Pada dunia hyperconnected sekarang ini, kesalingtergantungan sudah pada tahap steroid (p.13). Covid19 mendorong pendefinisian ulang kondisi ini.
Jika 7,5 miliar manusia yang menghuni kapal pesiar raksasa bernama bumi, dan hanya dipisahkan oleh sekat-sekat kabin, tiba-tiba terperangkap oleh suatu virus, maka tiap orang tidak mungkin membersihkan kabinnya sendiri. Kesalingtergantungan dalam konstruksi artificial merupakan jalan keluar ketika ruang gerak individu dan masyarakat dibatasi oleh isolasi.
Kecepatan (velocity) adalah soko guru berikutnya. Kecepatan di masa kini terjadi semata-mata kerena internet. Fakta bahwa 52% penduduk dunia kini beraktivitas secara online dan terdapat 1,5 miliar telepon mengukuhkan argumen peran internet dalam mendorong kecepatan aktivitas manusia. Internet of things (IoT) hari ini telah menghubungkan 22 miliar perangkat secara real time. Mulai dari mobil, tempat tidur rumah sakit, jaringan listrik, stasiun pompa air, oven di dapur dan irigasi pertanian. Jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi 50 miliar di tahun 2030.