Lihat ke Halaman Asli

Perempuan dan Berdandan

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa perempuan identik dengan kecantikan, keindahan, kelembutan, dan lain sebagainya.  Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap perempuan menginginkan dirinya tampil cantik. Ada banyak sekali alasan mengapa perempuan menginginkan demikian. Salah satunya karena hal tersebut merupakansunnatullah. Adakah perempuan yang tidak mau tampil cantik?

Namun untuk menyongsong kecantikan, usaha yang dilakukan seringkali berlebihan, bahkan bisa membahayakan diri. Berapa banyakperempuan yang malah kehilangan salah satu anggota badan karena implan maupun suntik silikon. Berapa banyak perempuan yang, bukannya memiliki wajah mulus bak putri pualam, malah wajahnya menjadi rusak serta berjerawat. Alis yang sudah diciptakan dengan bentuk yang paling baik oleh Allah pun dicukur, diganti dengan alis tatto yang lebih melengkung. Padahal sejatinya, rambut-rambut alis berfungsi untuk menahan keringat yang mengucur di sekitar dahi agar tidak mengenai mata. Lalu, ketika bulu-bulu alis itu tergantikan oleh tatto, apakah yang menjadi pelindung untuk mata?

Jujur saja, saya pun senang sekali dengan yang namanya berdandan. Seandainya kulit saya tidak sensitif, mungkin saya sudah mencoba berbagai macam cream serta sabun kecantikan. Curhat sedikit ya, saya sudah menghentikan pemakaian sabun pencuci muka. Kalau cuci muka ya pakai air saja nggak pakai sabun apa-apa. Saya tidak memakai pelembab yang dijual bebas di supermarket, tapi saya memakai pelembab khusus dari dokter. Bagaimana dengan bedak? Saya memakai bedak bayi, karena jika saya memakai bedak padat, muka saya akan terasa panas. Sabun mandi pun memakai sabun bayi. Repot? Tidak juga. Disyukuri saja :D. Ada pula waktunya ketika saya harus berdandan menor. Selama memakai make-up tebal, saya harus menahan rasa panas dan gatal. Saat make-upitu dibersihkan dengan toner dan susu pembersih, rasa perih harus pula saya tahan.

Ketika seorang perempuan sudah terbiasa memakai make-up tebal dikesehariannya, maka ketika ia tidak bermake-up maka kepercayaan dirinya akan menurun. Saya berkata begini karena saya pernah mengalami hal tersebut, dan saya adalah seorang perempuan. Selain itu, “cantik maksimal” nya seorang perempuan yang berdandan dengan berlebihan ya sebatas itu. Mengerti maksud saya? Begini, ketika seorang perempuan yang terbisa tampil sederhana (sederhana disini bukan berarti tidak peduli pada penampilan) kemudian ia menghadiri sebuah acara, misalnya wisuda, kemudian ia berdandan yang tak seperti biasanya, maka orang-orang akan pangling dan ia menjadi terlihat lebih cantik. Coba bandingkan dengan perempuan yang terbiasa berdandan menor, bahkan ketika ia tidak sedang menghadiri suatu acara penting, maka ia tidak akan terlihat lebih cantik, karena orang sudah terbiasa melihatnya dalam balutan make-up. Apakah bahasan ini ada kaitannya dengan tabarruj? Ya, tentu saja. Tetapi soal tabarruj tidak akan disinggung lebih dalam. Silakan mencari tahu sendiri atau bertanya kepada yang lebih tahu.

Pada dasarnya tidak ada perempuan yang cantik ataupun yang jelek. Kecantikan sangatlah relatif. Dulu, banyak masyarakat menilai perempuan yang gemuk adalah perempuan yang cantik. Gemuk juga dijadikan sebagai pertanda kesejahteraan hidup sehingga perempuan pada masa lalu selalu ingin tampil gemuk. Badan yang “penuh lemak” adalah ukuran utama, sedangkan selainnya tidak terlalu penting. Dulu, di Nigeria, lelaki senang kepada perempuan yang apabila berjalan, bagaikan berjalan dalam lumpur. Bahkan, ada suku di Afrika (suku Masai) yang menilai perempuan yang kurus sebagai kutukan sehingga harus dibakar agar kesialannya tidak merambat kepada perempuan lain ataupun binatang. Masyarakat Romawi menyenangi perempuan yang tidak gemuk, tetapi yang berisi atau gempal. Suku-suku yang hidup di Australia menitikberatkan penilaian perempuan pada dadanya untuk menampakkan kecantikannya.

Lihatlah betapa ukuran kecantikan itu tidak pasti, berbeda bagi setiap individu dan senantiasa berubah dari masa ke masa. Jangan merasa minder atupun tidak cantik, karena kecantikan sejati bukan terlihat dari fisik, tetapi terlihat dari indahnya kerpribadian dan akhlak yang mulia. Seberapa keras pun kita berusaha untuk tetap terlihat cantik sepanjang usia kita, namun tetap saja penuaan tidak ada yan dapat mencegah. Fisik adalah semu, namun kepribadian akan tetap melekat sampai akhir hayat. Berdandan boleh, bahkan sangat dianjurkan dalam agama Islam. Namun perhatikan kapan kita berdandan dan untuk siapa kita berdandan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline