Lihat ke Halaman Asli

Kecil

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sudah sepantasnya aku berdiri di sini. sendiri. mengupas cerita sunyi sebagai naskah perjalanan. bahagia yang mempesona. kecewa yang menjelaga. dan sedih yang kian memutih. tak ada warna yang membiarkanmu tetap membeku.

aku tahu. sebuah pilihan adalah memasrahkan jiwa. hiatus bukan alasan untuk merintih. hibernasi tak selalu jadi ransum harga diri.

lembar kesadaran di lubuk hati selalu pantas disebut pelangi. perbedaan itu terkadang menyesakkan. namun memberi jalan untuk menegaskan tujuan. tentang status. perihal kesan. dan mengenai keadaan. berbahagialah, hati. untaian doa demi doa akan selalu mengingatkanku pada selarik nama itu.

ps:
benar! perasaan yang tercabik-cabik merangsang pertumbuhan imaji. tabik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline