Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pendidikan baik dalam pendidikan formal maupun informal adalah pembentukan karakter.
Karakter yang dibahas adalah yang terkait dengan akhlak, budi pekerti, moral, kepribadian. Disebut sebagai karakter apabila sesuatu itu dilakukan dengan kesadaran dan keyakinan serta telah menjadi sebuah kebiasaan. Melakukannya dengan tidak ada keraguan dan langsung berasal dari perintah otak dan hati nuraninya. Sehingga secara sederhana, pendidikan karakter adalah mendidik kesadaran, keyakinan dan pembiasaan seseorang yang terkait dengan akhlak/budi pekerti/moral/kepribadian.
Kesadaran dalam pendidikan karakter dapat diberikan melalui kegiatan dengan pendekatan rasional, yaitu melalui pemberian materi. Bukan sekedar membaca atau menghafalkannya, namun dimulai pada tahap memahami dan tumbuhnya kesadaran terhadap suatu moral atau akhlak serta mengenal dirinya. Tanggung jawab pendidik disini berusaha mencari berbagai metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya [1]. Antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya berpotensi memiliki perbedaan dalam cara memahami dan menyadarinya.
Oleh karena itu, pendidik harus melakukan pendekatan personal untuk membantu dan membina setiap peserta didiknya. Ini adalah sebuah komitmen yang harus ditanamkan pada diri seorang pendidik.
Bersamaan dengan mendidik kesadaran, dilakukan kegiatan yang mendidik keyakinan. Mendidik keyakinan ini dapat juga dilakukan setelah mendidik kesadaran.
Kegiatan mendidik keyakinan ini diberikan melalui kegiatan dengan pendekatan rasa. Pendekatan rasa akan efektif apabila dilakukan dengan pendekatan personal dari hati ke hati dan tetap memperhatikan strategi berdasarkan karakteristik yang berbeda.
Pendidik berusaha mengembangkan rasa atau nurani peserta didiknya, membangun keinginan untuk mencintai kebaikan-kebaikan yang dipelajarinya, membentuk empati dan pengendalian diri serta keyakinan diri. Pendidik melakukan pembinaan secara intensif agar pengetahuan dan kesadaran tentang moral dan akhlak yang diperoleh peserta didik dapat masuk dalam dirinya.
Untuk memperkuat pembinaan kesadaran dan keyakinan, maka dalam pendidikan karakter juga seharusnya melakukan latihan pembiasaan atau praktik.
Pendidik berusaha membentuk kompetensi dalam diri peserta didik agar mampu mentransfer kesadaran dan keyakinan menjadi tindakan nyata dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan latihan yang dilakukan secara intensif, seseorang yang awalnya sulit melakukan sesuatu akan menjadi lebih mudah, bahkan tidak menjadi sebuah beban lagi.
Dalam kegiatan pembiasaan ini, seorang pendidik juga harus menjadi contoh teladan dalam melakukannya. Kegiatan pembiasaan juga harus memperhatikan karakteristik peserta didik, sehingga meminimalisir kontra-produksi dalam pencapaiannya.