Logika dan Sekuler Masyarakat Karo melalui Catur Karo
Catur yang dikenal dalam bahasa Inggris yaitu Chess, merupakan sebuah permainan olahraga yang mengandalkan logika, strategi, dan permainan yang menggunakan papan dalam permainan ini. Permainan ini sangat dikenal di kalangan masyarakat. Permainan yang dilakukan oleh dua orang yang bermain dengan strategi, dalam menjalankan bidak yang berada di papan catur, papan catur yang terdiri dari enam puluh empat kotak kecil, dengan enam bagian, yang terdiri dari delapan pion, dua kuda, dua gajah, dua benteng, satu ratu, dan satu raja. Permainan catur ini bertujuan mencoba sekakmat raja lawan. Di era sekarang sudah banyak pecatur-pecatur terkenal dunia seperti Magnus Carlsen, Hikaru Nakamura, Judit Poldgar, Bobby Fischer, Garry Kasparov, Irene Sukandar, dan masih banyak lagi.
Menurut sebagian para Sejarawan, Catur berasal dari India dari abad kelima atau keenam. Catur di India bernama chaturanga, dalam bahasa Sanskerta, yang berarti empat unsur yang terpisah, dan permainan ini awalnya dimainkan dalam empat peserta dalam sudut pandang yang berbeda. Dalam menurut mistisisme India kuno, catur mewakili alam semesta yang saling terhubung dalam empat unsur, yang terdiri dari: api, air, udara, dan tanah yang menyimbolkan cara-cara hidup manusia. Kemudian permainan Catur dari India yang masih dikenal dengan nama "Chaturanga" menyebar ke Persia (Irak dan Iran), di tempat tersebut Catur dikenal dengan Chatrang, setelah Persia diinvasi oleh orang-orang Arab, penyebutan catur dengan nama Shatranj. Akibat dari pengaruh besar oleh orang-orang Arab, dalam permainan catur. Permainan catur pun menyebar ke daratan Eropa, melalui daerah Hispanik atau Spanyol. Dan faktanya, permainan Catur dilarang dimainkan oleh para pendeta-pendeta di Spanyol, tapi ada satu pendeta di Spanyol yang diam-diam memainkan Catur, nama beliau kini Opening (tahap pembukaan) permainan catur, beliau adalah Ruy Lopez.
Permainan catur pun menyebar ke seluruh daratan Eropa. Melalui kemajuan perkembangan di daratan Eropa. Munculnya Gerakan 3G Gold, Glory, Gospel) yang dipelopori Spanyol dan Portugis. Banyak-banyak negara Eropa secara tak langsung melakukan penjelajahan dan melakukan kolonialisme, termasuk Belanda yang juga memperkenalkan sebuah permainan catur kepada negara koloninya, salah satunya Hindia-Belanda atau Indonesia. akibat penyebaran sebuah permainan Catur di Hindia Belanda melahirkan sebuah permainan catur dalam tingkat permainan Lokal yang bernama Catur Karo.
Catur Karo merupakan sebuah permainan yang berasal dari Kabupaten karo, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Catur dalam sebutan oleh masyarakat karo adalah Satur, tidak ada yang tahu kapan ada permainan ini diciptakan. Namun yang pasti catur karo, merupakan sebuah catur yang dimodifikasi dari sebuah catur biasa, yang sudah ada di zaman penjajahan Hindia-Belanda, dan pengaruh-pengaruh kedatangan Hindu-Buddha, Islam dalam melalui perdagangan. Permainan yang memainkan dengan papan delapan kali delapan, namun permainan catur karo sangat berbeda dengan catur pada umunya, dari segi bidak saja catur karo membutuhkan tiga puluh tujuh buah dalam permainan, yang terdiri dua puluh buah untuk bidak putih, sedangkan bidak hitam berjumlah tujuh belas buah. Selain itu ada beberapa gerakan-gerakan yang berbeda dalam permainan ini dari catur umumnya. Permainan catur karo termasuk ke dalam kategori permainan tradisional. Permainan tradisional merujuk pada jenis permainan yang telah ada dan dimainkan dalam suatu budaya atau masyarakat tertentu selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad. Mereka diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, dan biasanya tidak melibatkan peralatan atau teknologi modern yang canggih. Permainan tradisional mencerminkan warisan budaya suatu komunitas dan menjadi bagian penting dari identitas dan kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut. Mereka biasanya melibatkan interaksi langsung antarapemain, baik secara individu maupun dalam kelompok, dan melibatkan unsur fisik, keterampilan, strategi, dan kadang-kadang unsur keberuntungan. Contoh permainan tradisional seperti Catur Karo.
Permainan tradisional memiliki nilai-nilai sosial, edukatif, dan rekreasi yang penting. Mereka mempromosikan interaksi sosial, kerjasama, komunikasi, keterampilan motorik, strategi berpikir, kreativitas, dan pemecahan masalah. Selain itu, permainan tradisional juga membantu menjaga dan memperkuat ikatan budaya, identitas, serta warisan budaya yang berharga. Permainan Catur Karo ini biasanya dimainkan disaat para pria dewasa atau anak-anak yang memiliki waktu luang untuk memainkannya. Dan Catur Karo ini menjadi kebutuhan sekuler bagi mereka. Sekuler disini bukan dianggap sebagai hal-hal negatif sebagai hiburan duniawi yang melatih pemikiran supaya rileks. Permainan Catur betul-betul melatih otak manusia untuk mengatur strategi permainan yang brilian. Papan pada permainan Catur Karo mempunyai papan yang sangat unik, papan karena terbuat dari kayu. Dan Papan permainan tersebut terdiri enam puluh empat kotak (delapan kali delapan) seperti catur konvensional lainnya namun pada papan permainan ini, tidak diberikan pada berdasarkan warna, diukir dengan bantuan garis-garis. Dua diagonal melintas setiap kotak, yang tidak diketahui maknanya. Pembuatannya yang dilakukan oleh Orang Batak Karo membuat papan secara benar-benar matematis. Untuk mendapatkan proporsi yang tepat, Orang batak Karo menggambar kotak terluar, kemudian memasukkan diagonal untuk mendapatkan pusat papan dan menggambar garis-garis ke sisi-sisinya melalui titik ini. dan mengulangi metode ini, pembuatan pun mendapatkan papan seperempat dan papan kedelapan secara akurat, dan akhirnya mendapatkan enam puluh empat kotak dengan ukuran yang dengan simetris. Gambar papan permainan Catur Karo bisa dilihat sekilas di bawah.
Untuk buah-buah yang digunakan sebanyak tiga puluh tujuh buah dalam permainan catur karo. Untuk susunan catur karo sendiri terdiri dari (menggunakan pembahasan catur umum),di pihak putih memiliki dua puluh buah, sedangkan pihak hitam tujuh belas buah. Untuk pihak putih terdiri dari satu Raja, satu Menteri, tiga Benteng (Ter), dua Gajah, dua Kuda, sebelas Pion (Bidaq). Sedangkan Pihak Hitam terdiri dari satu Raja, dua Menteri, dua Benteng (Ter), dua Gajah, dua Kuda, delapan Pion(Bidak). Maka ditotal sebanyak tiga puluh tujuh buah dalam keseluruhan. Tiga benteng (Ter) dan tiga pion pada bidak putih mungkin terasa aneh bagi pemain catur konvensional.
Yang pertama mulai dari dua benteng (Ter), dua benteng (Ter) pada bidak putih Catur Karo posisinya sama seperti catur biasa, untuk satu benteng (Ter) lainnya diletakkan pada posisi raja berdiri. Ini dilakukan di saat roker (pertukaran posisi raja dan benteng) bisa dilakukan dengan mudah. Yang kedua, tiga pion pada bidak putih Catur Karo biasa diletakkan di depan pion barisan kedua sesuai keinginan kita. Terkait dua Menteri pada bidak hitam mungkin terasa jumawa bagi pemain catur konvensional yang ingin memainkannya, adanya satu menteri pada bidak hitam Catur Karo untuk mengimbangi bidak-bidak Putih Catur Karo. Ini sama seperti iga benteng (Ter) pada bidak putih catur Karo, yang mana posisi menteri seperti catur konvensional, untuk posisi satu menteri lainnya diletakkan pada posisi berdirinya raja. Sebelum mengakhiri artikel mengenai Catur Karo sebagai Kebutuhan Sekuler dari Masyarakat Karo, Raja pada bidak Catur Karo bisa melangkah L seperti kuda, dan itu hanya bisa dilakukan sekali sama seperti Roker (Pertukaran posisi Raja dan Benteng).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H