Lihat ke Halaman Asli

Guru Luar Biasa yang Harus Nyambi Jadi PRT

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hanya mau berbagi tentang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah. Pertama kali datang ke rumah saya hanya tahu bu Ani (bukan nama sebenarnya) seorang janda dengan  4 anak laki-laki, paling besar masih duduk di bangku SD. Suaminya dengan alasan yang tidak saya ketahui meninggalkan rumah dan entah masih membantu keuangan rumah tangganya atau tidak. Setahu saya bu Ani pernah sekolah di SMEA tapi tidak tamat dan hanya ibu rumah tangga biasa, jadi begitu ditinggal suami ya kalang-kabut mencukupi kebutuhan rumah tangga dengan 4 anak yang masih kecil. Salah satu pilihan yang memungkinkan adalah jadi buruh mencuci dan seterika di beberapa rumah di komplek perumahan. Tapi entah mengapa di rumah saya bu Ani minta pekerjaan rumah yang lain seperti bersih-bersih, mengepel, mencuci piring dan lain-lain.  Salah satu kelebihan dari bu Ani adalah tepat waktu, walaupun hujan asal tidak lebat pasti datang jam 6.30.

Walaupun waktunya terbatas, tetapi masih tetap peduli dengan lingkungan dan memikirkan anak-anak disekitar rumahnya di perumahan RSS tidak jauh dari rumah saya. Setiap sore bu Ani mengumpulkan anak-anak tetangga untuk diajar iqro’. Di Pekanbaru anak SD wajib punya ijazah MDTA (madrasah diniyah takwiliyah awaliyah) untuk melanjutkan ke SMP negeri, jadi sekalian membantu anak tetangga bu Ani melobi salah satu yayasan yang punya MDTA agar anak asuhnya dijadikan kelas paralel agar bisa diakui resmi sebagai murid MDTA dan ikut ujian akhir yang diselenggarakan DEPAG. Jangan dibayangkan MDTA induknya punya gedung permanen dan guru yang mapan. MDTA induknya hanya sedikit lebih baik keadaannya hanya punya 1 guru untuk kelas 1 s/d kelas 4, dan 1 ruangan papan beratap seng yang menempel di rumah RSS pemilik yayasan. Kalau di rumah bu Ani, ya rumahnya itu yang dijadikan kelas ada belasan anak dari kelas 1 s/d 4 berada dalam 1 ruangan dengan 1 guru yang SMA saja tidak lulus.

Pernah saya tanya gajinya sebagai guru MDTA, kalau dari yayasan ya tidak bisa diharapkan karena sebagian besar anak nunggak SPP maklum yang diajar anak-anak orang susah. Tetapi bu Ani sangat bersyukur karena Pemkot Pekanbaru memberi tunjangan untuk guru MDTA  Rp. 500rb per bulan.

Tahun ini ujian akhir seperti biasa diselenggarakan depag kota pekanbaru, tentu saja MDTA bu Ani tidak layak menyelenggarakan ujian sendiri dan harus ikut ujian di MDTA yang lebih maju. Tetapi hasilnya betul-betul menakjubkan, di kecamatan dengan sekitar 1300 murid, rata-rata nilai ujian MDTA bu Ani berada di peringkat 1. Padahal saingan di kecamatan tersebut ada beberapa SD IT terkemuka di Pekanbaru. SD IT tempat anak saya belajar, yang saya pikir kualitas nya lumayan nilai rata-rata ujiannya hanya ada di peringkat 21. Saya benar-benar tidak habis pikir bagaimana caranya mengajar anak dalam berbagai tingkatan dalam 1 ruangan dan menghasilkan prestasi seperti itu. Kalau yang diajar anak-anak yang cerdas ya masih masuk diakal, tetapi kualitas anak-anak dengan latar belakang orang tua dengan ekonomi pas-pasan yang bayar spp belasan ribu rupiah per bulan saja nunggak tapi tetap bisa berprestasi......




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline