Lihat ke Halaman Asli

Warung Pecel Bu Tari, Rujak Cingur Pasar Lawang dan Google

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp


Jika kita dari Surabaya ke arah Malang, ada pertigaan setelah Kebun Raya Purwodadi. Jalan terus akan membawa kita ke Malang, sedang kiri menuju Nongkojajar, salah satu jalur ke Bromo.

Kita ambil belok kiri, sekitar 500 m kita akan menemukan sebuah warung pecel sederhana yang seluruh kusennya di-cat warna merah muda. "Warung Pecel Bu Tari", begitu bunyi tulisan pada sebuah papan yang digantung didepan warung tersebut. Warung Pecel Bu Tari buka sekitar jam 7 pagi, dan sebelum jam 10 biasanya sudah habis. Selain pecel, juga tersedia rawon, sayur lodeh, dan yang paling khas adalah empal gepuknya. top markotop, mak nyus, pokonya bikin yang makan terbang melayang. Memang, rasa semua masakannya boleh diadu deh, silahkan kalo ingin membuktikan.

Ketika awal menemukan warung tersebut, aku dan istri ingin membeli 2 porsi rawon untuk di rumah. "bu, bungkus rawonnya 2 porsi", kata istriku. "ga bisa", jawabnya singkat. that's it. kita memang pernah diberi tahu, kalo Bu Tari tidak melayani take away tanpa nasi, akhirnya aku tambahi "ndamel sekul bu (pake nasi bu)", dan jawabannya sama "mboten saget (tidak bisa)". sebagai catatan, jawaban itu semua meluncur tanpa diiringi oleh senyum, dan itu memang tidak pernah disajikan di warung ini, oleh semua personelnya. aku terpaku, ini maksudnya gimana. mungkin Bu Tari melihat responku, trus menambah jawaban "mboten wonten wadahe (tidak ada tempatnya)". glodaks!!! kertas nasi sudah ada, tinggal nambah plastik untuk kuah rawonnya, itu tidak disediakan. bahkan jika kita diminta nambah harga untuk plastik itupun mau. tapi ya mau gimana lagi, keputusan telah dibuat, palu hakim telah diketok. kita mau naik banding sampai ke tingkat MA juga tidak mungkin menang untuk kasus seperti ini

Terus ke arah Malang, putar balik sampai ke pasar Lawang. naik sedikit kita akan menemukan sebuah warung rujak cingur tanpa nama, tanpa tulisan sama sekali. kita hanya bisa tau jika tempat tersebut menjual rujak dari deretan timun, kecambah, dan semua spare part dunia perujakan.

suatu jumat siang pukul 11, istri sepulang dari kantor ingin membeli rujak untuk oleh-oleh karena memang sedang ada keluarga di rumah. "Bu, rujaknya 4". Sang penjual terdiam sebentar lalu menjawab "nanti diambil jam 2 ya" waks!!!. untuk beli 4 bungkus rujak kita harus menunggu 3 jam. tidak banyak yang antri, tapi bukan berarti tidak banyak yang pesan. itupun yang pesan harus lunas dimuka, istilahnya, jika ingin dapat nomor antrian. piuh...

Lain waktu istri kesana, sudah menunggu antrian, tapi tidak tampak sang penjual yang biasanya terlihat sedang menari-nari meramu bumbu rahasianya. tanya-tanya sama yang antri "ibunya masih mandi". hahahahaha, aduh biyuunng

Dari pasar lawang, kita kembali ke arah Surabaya. persis sebelum fly over, kita belok kiri. ada jalan menanjak ke arah makam Sentong. belokan kedua kanan kita belok. diujung gang, pas di pertigaan ada rumah dengan posisi agak tinggi. itu rumahku :D
Kita masuk rumah, buka laptop, konek internet, buka browser, and as ussual,www.google.com is the first destination

Aku sedang baca buku Kisah Sukse Google. Startnya udah lama si, tapi belum selesai-selesai juga :D
Dibagian awal buku, ada 1 hal yang sangat buat aku kagum terhadap google. bukan mudanya usia Google Guys dalam mencapai kesuksesan mereka, bukan kecanggihan teknologi yang digunakan Google untuk memberikan layanan mereka. Dibuku itu diceritakan ketika pada tahun 1999, Google Guys mendapatkan dana dari investor, dengan 3 kondisi luar biasa :

1. Google Guys saat itu ketika ditanya, kira-kira Google akan mendapatkan pemasukan dari mana, mereka sama sekali belum tau. Mendapatkan investor, padahal belum tau mau dapet uang darimana???
2. Para investor Google adalah 2 investor yang paling berpengaruh di SIlicon Valey waktu itu. Awalnya mereka tidak mau berbagi dengan investor lain. jadi pilihan mereka "only me or not at all". Google Guys berhasil mematahkan hal tersebut dan mendapatkan dana 250 juta USD
3. Dan yang paling fantastis, dengan 2 kondisi diatas, Google Guys masih menjadi pemilik mayoritas. ya, MAYORITAS

Bagaimana mungkin, sebuah perusahaan yang belum tau bakal dapat income darimana, berhasil mematahkan ego 2 investor terbesar di bidang yang paling hangat saat itu, untuk saling berbagi mendanai sebuah perusahaan, yang sekali lagi, belum tau bakal dapat income dari mana. Dan sang pemilik, tetap menjadi pemilik mayoritas??? anyone else???

Seorang rekan pernah berkata sesuatu yang sudah beberapa kali aku dengar, "semua itu yang penting yang jual. kalo yang jual jago, produk apa aja bisa laku". is it true? Memang bukan pendapat yang salah, cuman bukan berarti pendapat yang sebaliknya salah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline