Lihat ke Halaman Asli

Penduduk Siau Sudah Terbiasa dengan Harga BBM yang Mahal

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antri-BBM

Ribut-ribut soal kenaikan harga BBM per 1 April bergema dalam beberapa hari terakhir ini. Ulasan akibat kenaikan BBM bermunculan dalam berbagai tulisan. Para pakar pun memberikan pendapat dan opininya. Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani di Jakarta pada Selasa 6 Maret 2012 menyarankan, pemerintah harus memberikan kompensasi yang layak bagi buruh pabrik, petani dan nelayan atas kenaikan harga BBM tersebut. (http://www.tinyurl.com/895bpw8) Menurut Aviliani, sekitar 50 persen upah buruh pabrik biasanya terkuras untuk ongkos transportasi, sementara petani dan nelayan umumnya tergolong masyarakat miskin. Porsinya, 60 persen penduduk miskin berada di desa. Sementara berbagai pihak dan pakar membahas dampak kenaikan BBM terutama terhadap daya beli masyarakat yang akan merosot, kondisi yang berbeda terjadi di Siau. Di pulau yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, provinsi Sulawesi Utara ini, justru telah lama bersahabat dengan harga BBM yang mahal. Di pulau Siau, yang hanya berjarak waktu tempuh 5-8 jam dari Manado, bensin dijual pada kisaran harga Rp. 10.000 per liter. Dan pada waktu-waktu tertentu, seperti terlambatnya pasokan BBM, seliter bensin bisa mencapai Rp.20.000. Demikian pulau dengan harga jual minyak tanah. Tak heran kondisi seperti ini membuat ongkos transportasi di Siau sangat mahal. Tarif angkutan termurah pada kisaran Rp. 5.000 sekali jalan untuk jarak tempuh sekitar 15 kilometer. Pengguna ojek pun harus rela mengeluarkan ongkos sebesar Rp. 20.000 untuk jarak yang sama. Kondisi ini sudah cukup lama berlangsung. Belum adanya penampungan BBM yang memadai menjadi salah satu faktor mahalnya harga BBM di pulau yang terkenal dengan hasil pala terbaik dunia ini, dengan mayaritas penduduknya sebagai nelayan dan petani. Tetapi, masyarakat Sitao sudah akrab dengan harga BBM yang mahal dan daya beli yang tinggi. Oleh karena itu, jika pemerintah berniat menaikkan harga BBM sebaiknya tidak usah ditunda lagi. Karena pada akhirnya masyarakat akan menyesuaikan dengan sendirinya. Yang perlu dimaksimalkan adalah, jaminan ketersediaan pasokan BBM setiap saat. Seperti yang dikatakan oleh salah satu penduduk Siau, “Walau mahal yang penting ada, jangan sudah mahal, terus susah dicari.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline