Lihat ke Halaman Asli

Kondisi Danau Limboto Semakin Memprihatinkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

_MG_6458

Pada Akhir Agustus 2011 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Provinsi Gorontalo.  Gorontalo merupakan provinsi ke-32 di Indonesia.  Sebelumnya Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 pada tertanggal 22 Desember 2000.

Provinsi yang memiliki luas wilayah 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1,038.585 jiwa (Sensus Penduduk 2010) ini, sedang mengalami kemajuan pesat dalam memacu pembangunannya. Terbukti, Fadel Muhammad mantan gubernur Bumi Hulondalo ini dipercayakan menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Program Minapolitan dari sosok yang disayangi rakyat Gorontalo ini menarik SBY untuk mengangkatnya sebagai pembantu dalam Kabinet Indonesia Bersatu.

Sampai dengan 2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabupaten (Kabupaten Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), dan 1 kota (Kota Gorontalo), dengan 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan.

Kedatangan saya kali ini ke Gorontalo, dalam rangka mendokumentasikan sebuah tradisi dalam masyarakat Gorontalo dalam menyambut datangnya Idul Fitri. Malam Pasang Lampu atau lebih dikenal dengan nama Tumbilatohe. Sebuah tradisi turun menurun, yang dilakukan 3 hari menjelang Idul Fitri. Namun, saya juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Danau Limboto.

Danau Limboto

Danau Limboto terletak diantara dua daratan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo yang meliputi empat kecamatan, yakni Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Biru, Batuda’a, dan Kota Barat. Danau ini masuk dalam wilayah adminsitrasi Kabupaten Limboto.

Dari Bandara Jalaludin Gorontalo, Danau Limboto dapat ditempuh selama 45 menit dengan menggunakan kenderaan bermotor. Akses lainnya dapat dilalui dari Pusat Kota Gorontalo melalui jalan Trans Batudaa-Bongomeme. Berjarak kurang lebih 2 km, paling asyik menggunakan Bentor, yang merupakan salah satu moda transportasi yang banyak tersedia di Kota Gorontalo.

Menurut catatan Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo (2000), Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter. Malah pada tahun 1932, luas perairannya mencapai 7.000 ha. Kedalaman air Danau Limboto pada masa itu dimanfaatkan sebagai tempat mendaratnya pesawat bertipe amphibi. Tercatat Presiden RI pertama, Soekarno dalam kunjungannya ke Gorontalo, memanfaatkan Danau Limboto sebagai lokasi pendaratan. Peristiwa itu diabadikan dengan membangun sebuah Monumen Peringatan di tepi Danau, yang terpelihara sampai saat sekarang.

Menurut tuturan cerita, Danau Limboto dahulunya merupakan hamparan laut yang luas. Ditengahnya terdapat dua buah gunung, yaitu Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila.  Sampai saat sekarang, danau ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Gorontalo. Danau ini juga merupakan bagian dari sejarah Gorontalo. Dimana di danau ini sejarah awal terciptanya perdamaian pada masyarakat Gorontalo, ketika abad XVII, saat Raja Limboto Popa dan Raja Gorontalo Eyato mengakhiri perang dengan melepas cincin di danau tersebut.

Didekat danau ini, terdapat pula Benteng bersejarah. Benteng Otonaha. Terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, benteng yang dibangun pada tahun 1522 pada masa bangsa Portugal mejelajahi Nusantara. Keindahan Danau Limboto sangat jelas, jika kita melihatnya dari atas Benteng Otanaha.

Kondisi Memprihatinkan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline