Lihat ke Halaman Asli

Kisah AS-Indonesia, Sudut Pandang

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pidato Presiden Amerika di Kampus UI katanya membangkitkan rasa optimisme untuk suatu dunia yang lebih baik tanpa pertikaian agama dan ras. Masyarakat sekuler yang secara mendunia memang mendambakan perdamaian dan kesejahteraan di semua bidang, misalnya diantara pokok pidatonya Obama mengatakan tentang upaya dunia termasuk Indonesia untuk "memerangi perubahan iklim" sebagai issue yang mendesak mengingat banyaknya bencana alam yang terjadi.


Apakah harapan ini dapat menjadi kenyataan untuk generasi ini? Jangan-jangan harapan ini tidak sampai untuk satu generasi? Sementara realisasinya jika sampai di generasi berikut terjadi stagnasi karena orang seperti Obama sudah tidak memerintah dan memberi pengaruh. Berapa banyak penguasa seperti Obama yang bisa mempengaruhi dunia global. Apakah pemilihan kepala negara di AS di tiga tahun mendatang masih orang seperti Obama? Atau orang lain yang memiliki kharisma yang sama yang diimpikan orang atau masihkah karakter yang sama akan muncul dan menjadi pilihan para praktisi politik? Jadi pertanyaan dasarnya adalah dapatkah kita akan menjadikan dunia lebih baik? Tidak soal siapa pemimpinnya.


Dekade-dekade yang lalu pernah seorang pejabat pemerintah AS jauh sebelum Obama muncul mengatakan: ”Politik tidak sanggup memasang kembali struktur penghubung ke dalam masyarakat. Politik tidak mampu menyusun kembali kepercayaan moral tradisional. Kebijakan-kebijakan yang terbaik pun tidak dapat memulihkan nilai-nilai sehubungan dengan berkencan dan pernikahan, tidak dapat membuat ayah bertanggung jawab terhadap keluarga, dan tidak dapat membuat orang-orang kembali merasa terperangah atau malu seperti dulu. . . . Kebanyakan masalah moral yang mengganggu kita tidak dapat diberantas oleh hukum."


Dia berbicara dari unit terkecil dan belum struktur secara negara atau bangsa, unit terkecil itu antara lain keluarga yang dibentuk dari orang perorangan yang membentuk suatu keluarga melalui perkawinan, berapa banyak perkawinan yang berhasil dan menghasilkan orang-orang yang bermoral baik.


APAKAH Anda sependapat dengan kata-kata mantan pejabat pemerintah AS di atas?Jika demikian, apa solusi bagi banyak masalah dewasa ini yang berasal dari ketamakan,ketiadaan kasih sayang alami dalam keluarga, moral bebas, kebodohan, dan faktor-faktor lain yang merusak struktur masyarakat? Ada yang merasa bahwa solusinya tidak ada, sehingga mereka cuma menyibukkan diri sebisa-bisanya dengan urusan sehari-hari mereka. Yang lain berharap bahwa suatu hari nanti, seorang pemimpin yang berkharisma dan brilian, mungkin seorang pemimpin agama, akan muncul dan membimbing mereka ke arah yang benar. Akhirnya di Amerika tampillah orang tersebut pemimpin negara seperti Obama. Dalam akhir pidatonya di Universitas Indonesia itu, ia juga berpicara tentang harapan mendamaikan konflik Israel Palestina yang selama ini terus memicu pertikaian dengan dunia Islam. Harapan itu begitu cerah, begitulah bayangan sebagian orang. Apakah harapan ini bisa terwujud? Bandingkan dengan sudut pandangan yang akan kami posting di artikel berikut yang terkait.
[see to blog]. RNP


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline