Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Lelaki Berhati Cinta Bervirus HIV (Dec, 2006)

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aku tak tau kenapa aku dilahirkan disini.. di tengah kembang pasar kembang di kerumun anak tanpa bapak aku tak tau kenapa aku tak pernah melihat tangis di mataku Ibuku yang juga seorang kembang di pasar kembang tak pernah memperkenalkanku pada tetes air yang keluar dari mata Hidup bukan dongeng anakku... Maka tangis itu najis Aku tak tau kenapa Ketika remaja, aku tak tau apa itu cinta Ibuku yang juga seorang kembang di pasar kembang setiap hari hanya menatap tajam lelaki hidung belang Lelaki tanpa cinta, penuh nafsu, penuh uang Cinta tak memberimu makan anakku... Aku tak tau kenapa Ketika satu saat yang tiba tiba Akupun menjadi kembang di pasar kembang Sama seperti ibu yang melahirkanku Dan Ibuku hanya diam menatap nanar... Bukan tanpa perih Bukan tanpa penderitaan Aku tak tau kenapa Ketika diujung senja tiba tiba lelaki itu datang Menyibak hujan, diantara rintik tangis gerimis Dengan tak satu langkahpun dia menginjak tulang-tulangku yang berserakan di teras depan. Sesudut matanya menghantarkan cerita.. Sebuah cerita tak biasa Sebuah tatapan tak biasa Aku tak tau kenapa Aku belajar cinta Aku tak tau kenapa Di sebuah rembang senja Dia pergi Dia pergi begitu saja Bukan hanya membawa cinta Tapi juga hidupku dan lirih benih dalam kandung rahimku Aku tak tau kenapa Tiba tiba aku tak lagi menjadi kembang Aku hanya seorang jalang dari kumpulan yang terbuang Aku tak tau kenapa Semua terasa gelap, dan sungguh aku tak bisa lagi bergerak Bumi seakan menyesap semua hidupku Tuhan.. Sebelum terakhir, Ijinkan aku memeluk anakku yang baru sepagi tadi aku lahirkan... Aku tak tau apa, yang akan aku ceritakan pada Tuhan nanti...

(rntxd, Pancoran, Hari Aids 1 dec, 2006) *Pasar kembang = tempat lokalisasi di Jokja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline