Lihat ke Halaman Asli

roni tan

pemuka agama

Jangan Langkakan Terima Kasih

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin salah satu hari di mana saya belajar tentang suatu kata "terima kasih". Bagaimana tidak. Karena kata ini bagi saya pribadi sudah "langka" saya dengar di ucapkan oleh orang yang saya temui. Padahal di setiap suku bangsa dan negara di dunia ini pastinya mempunyai kata yang berarti terima kasih. Bahkan sejak kecil orang tua yang baik akan selalu mendidik anaknya berkata terima kasih ketika menerima sesuatu dari orang lain. Tapi kata terima kasih ini sudah cukup "langka" saya dengar. Tapi sesuatu yang "segar" saya alami kemarin. Pertama di pagi hari ketika saya naik angkot (baca : angkutan kota) ke kantor. Pagi itu angkot yang saya naiki kosong artinya tidak ada 1 penumpangpun selain sopir angkotnya. Jadi saya jadi penumpang ekslusif. Sopir angkotnya sudah berumur dengan urat2 yang muncul di bagian tangannya, rambutnya putih tertutup dengan sebuah kopiah yang dipakai di kepalanya. Kami tidak ngombrol pagi itu. Semua berjalan seperti umumnya dan beberapa menit kemudian saya berkata "asia pak" dan angkot berhenti ke tempat yang saya tuju.

Uang 3000 saya berikan dan pak sopir menerima uang itu dan berkata "terima kasih" lalu ia melajukan kembali angkotnya. Jam berlalu dengan begitu cepatnya dikantor dengan tugas gerejawi yang harus saya selesaikan. Tanpa terasa jam menunjukkan pukul 16:00 WIB dan saya bergegas keluar dari kantor dan berjalan ke tempat menunggu angkot kembali. Sebuah angkot yang kali ini juga sepi penumpang tapi beberapa menit penumpang lain penuhi angkot itu. Menarik yang saya lihat dari angkot itu adalah tulisan Yeremia 17 : 7. Kalau saya buka alkitab saya maka isi ayat itu seperti ini Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN. Waw ayat yang luar biasa. Dipasang jelas di depan angkotnya. Saya yakin ini pasti angkot milik orang kristen. Saya naik dan seperti biasa tidak ada obrolan. Angkot pun kembali melaju dan beberapa menit kemudian saya hampir sampai tempat perhentian saya memang jarak yang pas saya harusnya berhenti angkor sekitar 20 meter lagi dan ternyata ada seorang calon penumpang lagi yang akan naik angkot itu tapi kondisi angkot penuh.

Saat itu saya kemudian berkata kepada sopiir angkot itu "saya turun disini saja pak". Angkot di stop kan, saya turun, penumpang naik dan saya membayar 3000 dan kata yang dimunculkan orang sopir angkot itu "terima kasih" dan ketika hendak melajukan angkotnya ia memberikan klakson tanda terima kasihnya kembali.

Waw sungguh suatu pengalaman luar biasa yang saya alami kemarin tentang kata "terima kasih" yang sangat langkah saya dengar tapi ternyata itu keluar dari orang - orang yang juga selama ini tidak pernah saya dengar mereka ucapkan tapi ternyata ada oknum sopir angkot yang bisa berkata "terima kasih"

Lalu apakah ada juga oknum - oknum mahasiswa, pekerja kantoran, anak Tuhan yang juga mengubah status langka menjadi status universal dari kata terima kasih ini dalam hidup kita.

Akhirnya saya mau bilang terima kasih karena udah mau baca pengalaman saya tentang terima kasih ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline