Lihat ke Halaman Asli

roni tan

pemuka agama

Imlek Memang Imlek

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 18 Februari 2015 dimulai jam 22:00 - 02:30 pagi dengan menggunakan pakaian rumah saya dan istri segera mengambil posisi masing - masing dengan fokus rumah kami yang perlu dibersihkan dan dirapihkan jauh lebih dari hari - hari biasanya. Pakaian di jemuran kami angkat dan mulai di setrika sampai semua selesai di setrika, barang - barang yang belum rapi kami rapikan, dapur dibersihkan dan pastinya lantai di sapu dan di pel. Kami rela melakukan semua itu karena Kamis, 19 Februari 2015 adalah hari raya tahun baru Imlek. Keluarga besar saya akan berkumpul di rumah saya untuk makan malam bersama setelah berkunjung. Rencana sudah kami miliki di hari imlek ini. Saya bersama keluarga besar akan mengunjungi rumah saudara - saudara yang cukup lama kami tidak pernah berjumpa sedangkan istri dan anak kami akan mengunjungi rumah paman dan bibi nya. Berangkat pagi - pagi itulah keputusan final yang sudah kami bicarakan sebelumnya. Setelah semua beres maka kami segera tidur pada subuh hari imlek itu. Sambil saya mengucapkan selamat subuh kepada istri maka kami pun tidur.

Melelahkan, ngantuk pastinya kami alami, tidur jam 02:30 n bangun jam 06:00. Tapi semangat untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh kami jalani. Keluar masuk toll dan melewati jalanan jakarta yang macet tidak melunturkan semangat kami untuk berkunjung ke rumah kerabat agar makin mempererat rasa kekeluargaan setidaknya agar relasi keluarga tetap terjalin baik. Itulah pemikiran yang saya miliki setiap imlek khususnya. Pastinya beda lagi dengan para keponakan saya yang masih kecil - kecil karena imlek adalah saat untuk mendapatkan angpao yang pastinya berisi uang baik nominal besar maupun kecil. Rumah kerabat pertama kami tiba, kue, pempek dan berbagai snack disuguhkan di depan meja tamu dan kami menikmatinya dan akhirnya angpao di bagikan. Kami pamit dan mengunjungi rumah yang lainnya. Di mobil yang saya kendarai beberapa keponakan mulai membuka angpao yang mereka dapatkan dan menghitung jumlah nominal uang di dalamnya. Berbagai rencana mereka miliki dengan uang itu. Ada yang ingin segera di belikan barang yang mereka inginkan tapi ada juga yang mau di tabungkan untuk membeli rumah yang lebih bagus lagi. Memang menggelitik juga dengan respon yang mereka miliki ini tapi itulah dunia anak - anak dan itulah sisi keindahan imlek. Suatu perayaan yang berspirit kebersamaan, kesukacitaan, keakraban antar keluarga besar.

Jadi nikmati setiap perayaan yang kita rayakan karena disetiap perayaan menjadi stimulus untuk kita ingat tentang bagaimana tertawa, menerima, berelasi dengan orang lain. Selamat hari raya Imlek di tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline