Lihat ke Halaman Asli

Roni Patihan

Alumni LIPIA Jakarta, pimpinan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh, Sumatera Barat

Peran Santri dalam Kemerdekaan Indonesia

Diperbarui: 27 Oktober 2023   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Para pejuang bangsa, para pahlawan, tokoh - tokoh hebat bangsa adalah orang - orang yang sangat berjasa atas tercapainya kemerdekaan Indonesia. Bersama rakyat, mereka terus menggemakan perjuangan dan perlawanan atas penjajah. Sebagian mereka bahkan menemui ajal sebelum misi ini tercapai.


Sebagian lagi menua dipenjara bertahun - tahun lamanya, jauh dari keluarga dan kampung halaman tercinta. Beberapa diantaranya masih hidup untuk menyaksikan nikmat kemerdekaan itu akhirnya berhasil diraih.


Dan para ulama, kiyai dan santri adalah diantara yang telah berjasa dalam melawan penjajah dan memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia. Tidak peduli berapa banyak santri, kiyai dan ulama yang syahid di jalan ini. Berapa banyak pengorbanan telah dicurahkan. Berapa banyak darah telah tertumpah.


Peran mereka terekam rapi dalam catatan sejarah.


Bukalah kembali sejarah perang Sabil di Aceh yang dikobarkan pertama kali oleh Sultan Muhammad Daud Syah dan Panglima Polim. Ketika Sultan Kerajaan Aceh ditangkap Belanda, perlawanan rakyak Aceh terus berkobar di bawah komando Tengku Umar, dan ketika Teuku Umar wafat, perjuangan diteruskan istrinya Cut Nyak Din.


Sejarah mencatat tidak ada satu suku bangsapun yang begitu gagah berani dan fanatik dalam peperangan melawan kolonial Belanda, selain bangsa Aceh. Wanita -- wanitanya pun mempunyai keberanian dan kerelaan berkorban jauh melebihi wanita -- wanita lain.
Bacalah juga kembali perang Padri di Minang Kabau, perang Diponegoro di Jawa, perlawanan kesultanan Demak mengusir penjajah, kesultanan Ternate dan Tidore, perlawanan kerajaan Melayu di Deli, Riau dan lainnya.


Begitu banyak ulama, sultan dan rakyat bahu membahu, rela berkorban demi tercapainya sebuah bangsa yang merdeka. Ini perlu kita ingat, agar peran mereka, jasa dan pengorbanan mereka tetap kita kenang. Agar nilai - nilai perjuangan mereka dapat kita resapi, hayati dan warisi.


Sebagian mereka menyumbangkan ide dan masukan yang sangat penting bagi pondasi dan dasar -dasar bernegara.


Ir. Soekarno, saat kekuasan kolonial Belanda hampir berakhir di permulaan tahun 1942, dengan kedatangan tentara Jepang yang secara cepat dan mengejutkan menduduki beberapa negara Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sempat berdiskusi dengan Syaikh Abbas Abdullah tentang dasar - dasar negara Indonesia, jika nanti Indonesia Merdeka.


Syaikh Abbas menyampaikan bahwa dasar negara Indonesia mestilah Ketuhanan yang Maha Esa. Usulan Syaikh Abbas inilah, salah satunya, yang nanti akan dirumuskan Soekarna dalam pidatonya di sidang BPUPKI yang pertama tentang dasar - dasar negara Indonesia.


Ada lima dasar negara yang disebutkan Soekarno dalam pidato itu. Salah satunya adalah Sila Ketuhanan yang Maha Esa. Banyak pihak menyakini bahwa sila itu terinspirasi dari usulan Syaikh Abbas Abdullah dari Padang Japang, Sumatera Barat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline