Lihat ke Halaman Asli

Roni Patihan

Alumni LIPIA Jakarta, pimpinan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh, Sumatera Barat

Di Darul Funun Padang Japang, Bung Karno Belajar Sila Ketuhanan pada Syaikh Abbas Abdullah

Diperbarui: 25 Agustus 2023   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kiri ke kanan: Syaikh Abbas Abdullah, Ir. Soekarno, Syaikh Mustafa Abdullah. Sumber: darulfunun. or. id

Siapa ulama Minang Kabau yang sangat dihormati Ir. Soekarno? Salah satunya adalah Syaikh Abbas Abdullah, pendiri pondok pesantren Darul Funun El Abbasiyah Padang Japang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Syaikh Abbas Abdullah bersama kakaknya Syaikh Mustafa Abdullah adalah murid Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, ulama Nusantara yang menjadi imam dan khatib di Masjidil Haram Makkah Al Mukarramah, yang menjadi salah satu titik sumbu lahirnya ulama -- ulama Nusantara periode abad yang lalu.

Bung Karno memang banyak bergaul, bersahabat, berdiskusi dan sama -- sama berjuang dengan tokoh -- tokoh Minang Kabau. Di awal -- awal kemerdekaan, Bung Karno sering terlibat diskusi, dan kadang -- kadang cukup sengit, dengan Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Haji Agus Salim, dan banyak lagi. Mereka ini berasal dari Minang Kabau.

Ayahnya Buya Hamka, Syaikh Abdul Karim Amrullah (Inyiak Rasul/Inyiak Dr) saat ditangkap dan diasingkan Belanda ke Sukabumi, lalu dipindahkan ke Jakarta, sudah dianggap ayah sendiri oleh Bung Karno. Itu karena Bung Karno kadang -- kadang datang ke tempat Inyiak Dr diasingkan untuk belajar agama dan kebangsaan. Bahkan Buya Hamka berpesan kepada Bung Karno, saat kunjungannya yang terakhir bertemu ayahnya di Jakarta, "Ayah kita, Bung."

"Jangan khawatir saudara." Jawab Bung Karno menyakinkan Buya Hamka.

Siapa Syaikh Abbas Abdullah?

Buya Hamka ketika menulis biografi ayahnya dengan judul "Ayahku; Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera", di Bab yang XIV dengan judul "Orang -- Orang di Sekelilingnya", memasukkan Syaikh Abbas dan kakaknya Syaikh Mustafa ke dalam bab itu.

Beliau digambarkan sebagai sosok ulama yang pendiam, namun keras hati dan tidak begitu ahli dalam berpidato. Itu karena keahlian utamanya adalah mengajar, dan setiap butir perkataannya, jika disimak baik -- baik, tidak satupun yang hampa.

Ketokohan dan keulamaan Syaikh Abbas sesungguhnya tidak terjadi tiba -- tiba, begitu saja. Di umurnya yang baru menginjak 13 tahun, di tahun 1896, beliau berhasil membujuk mamaknya (saudara laki -- laki ibunya) untuk membawanya ikut melaksanakan ibadah haji ke Makkah Al Mukarramah.

Tapi ketika mamaknya bersiap hendak pulang, setelah selesai menunaikan ibadah haji, Syaikh Abbas minta izin untuk tetap tinggal di sana, untuk belajar agama kepada Syaikh Ahmad Khatib dan ulama lainnya selama lebih kurang 8 tahun.

Barulah di tahun 1904, saat usianya menginjak 21 tahun, Syaikh Abbas pulang ke kampung halamannya untuk mengajar di surau ayahnya, yang kemudian dirubahnya menjadi Pesantren Sumatera Thawalib Padang Japang, setelah berdiskusi dengan beberapa ulama Minang Kabau kawannya dulu belajar di Makkah.

Pesantren itu terletak di Puncakbakuang, Jorong Padang Japang, Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, sekitar 17 kilometer dari kota Payakumbuh, ke arah Utara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline