Domba dan Cahaya Menuju Tengah Hari
Oleh: Roniko Pardede, FE Unika St. Thomas SU
Domba kecil ini memulai langkahnya dengan doa
Lantaran Ibunya pernah berkata, “Doa punya kuasa, Nak.”
Lalu angin bertiup memutar-mutar langit
Dan tampaklah sepasang telapak tangan memayunginya
Pula bumi berguncang, pelan
Dan lahir perapian mungil sebagai teman seranjangnya
Waktu berlari sprint
Domba kecil itu kini dewasa
Kakinya kokoh bak Tembok Besar China
Lengannya yang ringkih berevolusi sekeras Galuh
Domba kecil itu kini dewasa
Semakin besar dan luas
Tepinya tak terlihat
Dermaga jauh nun entah dimana
Tetapi …
Ketika sang Surya masih bangun dari ufuk timur
Ketika Merah Putih masih Indonesia
Bulu tak lagi seputih dulu
Bulu tak lagi seindah dulu
Ada lukisan pelangi yang norak di sana
Putih, hitam, coklat, abu-abu, biru lebam, hijau maya-maya, dan merah
Bayangkan!
Kasihan …, domba itu tersesat
Ia kepanasan …, ia kedinginan …
Kasihan …, domba itu galau
Adakah teman yang akan membawanya pulang?
Atau, adakah keluarga yang menanti-nantikan dia?
Kasihan …
Aku ingin bercerita tentang cahaya menuju tengah hari
Sinarnya sungguh tidak biasa, istimewah
Bila diandaikan, ia adalah secercah cahaya di tengah kegelapan
Ia adalah setetes air yang didoakan oleh Elia
Cahaya menuju tengah hari bermata elang
Tatapan jauh ke depan
Melewati gang-gang berliku
Menerobos jalan buntu dengan jalan yang baru
Cahaya menuju tengah hari bersifat agresif
Penuh kreasi, inovasi, dan energi mahatinggi
Duabelas jam satu hari tak lah cukup untuk bercerita
Tak mampu menampung semua isi di dalam tangannya
Duabelas jam satu hari, bukanlah waktu baginya
Sebab, ia tak mampu mewakili sebiji bibit untuk berbuah
Cahaya menuju tengah hari
Bertangan cekatan
Berkaki elegan
Bibir merah-merona
Sempurna …
Tapi … ingatlah ini
Senjata terkuat sekalipun memiliki jeratnya sendiri
Ketika ia tak terkendali
Ketika nurani di injak-injak logika
Nasibnya tak jauh berbeda dengan sang domba
Tersesat … dan kasihan
Komunitas Veritas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H