Lihat ke Halaman Asli

Menilik Produksi Prespektif Hadis

Diperbarui: 2 Maret 2019   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menilik Produksi Prespektif Hadist

Sebelum membahas secara mendalam saya akan menjelaskan apa itu produksi. Produksi adalah suatu proses dalam menciptakan manfaat atas sesuatu benda. Secara terminology produksi yaitu menciptakan dan menambah sebuah nilai kegunaan suatu barang. Jika kegunaan suatu barang akan bertambah harus adanya perubahan manfaat yang lebih dari sebelumnya. 

Sedangkan secara umum, produksi bisa dikatakan suatu penciptaan guna (utility) yaitu kemampuan suatu barang dan jasa guna memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu. Produksi sangat penting bagi kelangsungan hidup dan peradaban manusia dan bumi. Produksi dalam bahasa Arab al-intaj dari akar kata nataja, yaitu mewujudkan atau mengadakan sesuatu atau pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan suatu unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu terbatas.

            Kegiatan produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan suatu manfaat untuk keperluan pribadi maupun orang lain. Sistem produksi juga tidak terbatas baik pembuatannya saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengeceran, pengepakan kembali, upaya-upaya untuk menyiasati lembaga regulator, atau mencarisebuah celah hukum demi memperleh keringanan dalam pajak atau keleluasaan bergerak. Produksi merupakan sebuah konsep arus yaitu kegiatan yang mengukur tingkat output per unit periode, sedangkan kualitas output diasumsikan konstan.

            Sebuah kegiatan produksi akan menghasilkan barang dan jasa, yang akan dikonsumsi oleh konsumen. Tanpa sebuah kegiatan produksi kegiatan ekonomi akan berhenti, dan sebaliknya pun. Dalam ekonomi islam, kegiatan produksi bagian yang paling penting dari aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi disamping konsumsi, distribusi, infak, zakat, nafkah, dan sedekah. Karena manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang manfaatnya akan dirasakan oleh konsumen. Maka produksi sangatlah penting bagi kehidupan. Pada pembahasan kali ini terdapat beberapa hadis, saya mengambil salah satu hadis tersebut.

            Artinya: "Dari Abu Hurairah RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: hendaklah seseorang diantara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia, yang itu lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu" (HR. Muslim).

            Hadis tersebut menjelaskan tentang beberapa hal yang terkait dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi yaitu suatu dorongan supaya rajin bekerja, yang berangkatnya pagi-pagi sekali. Selain itu memberi dorongan untuk bekerja dan berproduksi guna menghasilkan baran yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan. Isi kandungan tersebut juga memberi dorongan supaya dapat melakukan kegiatan distribusi. Selain itu juga kita diperintahkan untuk hidup kesatria (tangguh) dengan tidak meminta-minta dan kita tidak akan menyusahkan rang yang disekeliling kita. Dan juga kita diajarkan untuk bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

            Kegiatan produksi mencakup semua pekerjaan yang dilakukan oleh manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya yaitu industry, usaha jasa, bertani dan masih banyak lagi. Bahwa dalam perspektif islam kegiatan ekonomi bila dipersenkan dia menempati porsi Sembilan puluh persen dari ibadah. Karena bekerja yang produktif akan membantu manusia dalam memenuhi ibadah-ibadah mereka contohnya: shalat, zakat, puasa, haji, dll. Bahkan Rasulullah SAW mendorong kita untuk bekerja dan berproduksi. 

Rasulullah bahkan melarang  untuk  pengangguran walaupun mereka sudah mempunyai modal financial yang mencukupi, sebagaimana sabda rasulullah: "yang paling pedih siksa manusia di hari kiamat adalah orang yang cukup yang menganggur" (HR. al-Daylami). Hadis di atas berlandasan dari Ja'far yang menyampaikan kepada Muadz ketika dia tidak bekerja dikarenakan dia sudah kecukupan finansial dan kaya, dengan mengatakan: "Hai Mu'adz, apakah anda tidak bisa berdagang atau anda zuhud dalam hal itu?". Mu'adz menjawab: "saya bukannya tidak bisa berdagang dan tidak pula zuhud. Saya melakukan hal itu karena saya memiliki banyak harta dan harta itu cukup sampai meninggal". Kemudian Ja'far berkata: "Jangan kau tinggalkan pekerjaan itu, karena hal tersebut itu akan menghilangkan nilai rasionalitas Anda."

            Nabi Adam dan anak cucunya pun bersusah payah banting tulang untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya, tapi mengapa nabi Adam didalam surga mendapatkan itu semua tanpa bekerja dengan susah payah, Nabi Adam pun tidak merasakan penat dan lelah tapi tercukupi semua. Al Qur'an bertentangan dengan sikap asketis sebagaimana yang diajarkan kepada agama-agama lain. Didalam ajaran tersebut mencela kekayaan dan sejumlah manfaatnya dan mengurangi segala aktifitas produksi.

 Al Qur'an menegaskan bahwa menentang pandangan tersebut, dan menekankan bahwa tidak adanya pertentangan yang nyata antara nyata dan spiritual. Menurut Imam Al-Ghazali menganggap bahwa produksi barang-barang kebutuhan dasar termasuk kewajiban sosial (fardhu khifayah). Jika terdapat orang yang melibatkan dirinya dalam memproduksi barang maka semua orang akan dimintai pertanggung jawabnya di akhirat nanti. Maka negara harus bertanggung jawab dalam menjamin sebuah barang dalam jumlah cukup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline