Lihat ke Halaman Asli

Sudah Sehatkah Kita?

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

SUDAH SEHATKAH KITA ?


Sehat merupakan sebuah kata yang dipahami berbeda-beda oleh setiap orang, sehingga saat makna sehat ini ingin kita pahamkan dan kontekstualkan maka memiliki parameter-parameter yang berbeda, sehingga dalam perwujudan kondisi sehat tersebut menuntut kejelian kita untuk melihat korelasi dan determinasi dari berbagai factor yang ada dalam kehidupan. Kemampuan inilah yang ternyata membedakan kondisi sehat satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, sehingga secara global kondisi sehat ini dijadikan sebagai salah satu indicator maju tidaknya suatu negara. Artinya apa, ternyata konsensus global, menjadikan kesehatan adalah sesuatu yang layak untuk diperhatikan, sehat bukan hanya kebutuhan akan tetapi merupakan hak bagi kita semua. Implikasinya adalah, ketika kita mampu melihat sehat adalah sebuah hak, apapun ceritanya hak tersebut harus terpenuhi tanpa ada intervensi lain yang menghambat kita mendapatkan hak tersebut.

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis, dari pernyatan tersebut jelas bahwa warga Indonesia yang dinyatakan sehat adalah warga yang hari ini yang tidak cacat, tidak gila, taat beribadah sebagai sebuah manifestasi dari kondisi spiritual yang baik, tidak individualis dan semua hal tersebut membuat kita mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak dan kelangsungan hidup kita secara ekonomi. Sebuah parameter yang jelas untuk melihat sehat versi manusia Indonesia. Dalam upaya yang lebih strategis, bangsa kita melalui pemerintah formal menetapkan ukuran-ukuran untuk mewujudkan kondisi sehat tersebut, mulai dari Indicator Indonesia Sehat 2010 yang masih fresh, lalu ditengah - tengah perjalanan dikuatkan lagi dengan dikeluarkannya Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota, diperjalanan menuju sehat 2010 muncul lagi yang lain yang menjadi ukuran sehat yakni Millenium Development Goals atau biasa disingkat MDGs.

Ini semua adalah upaya strategis yang sangat baik bila kita ingin menciptakan kondisi sehat tersebut, akan tetapi perlu evaluasi yang mendalam dari parameter-parameter yang ditentukan, agar kebijakan tersebut bukan hanya sebatas pemanis bibir yang meningkatkan citra positif. Apa hasil dari kebijakan tersebut, kenapa bisa terjadi kesenjangan dalam proses dan hasilnya , dimana dan kapan terjadinya, siapa yang bertanggung jawab , dan bagaimana bisa terjadi serta seperti apa langkah perbaikan kedepannya. Itu yang belum terpublikasi jelas dan gamblang di masyarakat, sehingga yang namanya kebijakan terkesan hanya sebatas konsep intelektual yang berfungsi cuma sebagai syarat (yang penting ada dulu) demi bergulirnya negara ini. Sebagai contoh bagaimana realisasi UU SJSN yang sudah ditetapkan sejak 7 tahun silam, seperti apa realisasinya yang tampak secara nyata di masyarakat.

Sudah sehatkah kita? bila melihat kondisi kita hari ini dalam konteks kebijakan dan aturan. Bukan sudah atau belum tetapi harus segera disehatkan melalui perumusan kebijakan dan aturan yang filosofis dan strategi, karena dengan adanya kebijakan dan aturan tersebut maka kita punya landasan yang kuat, relevan , efektif dan efisien dalam pelaksanaan, tentunya dalam pencapain kondisi manusia Indonesia yang sehat.

Banyak faktor yang memengaruhi kondisi sehat atau derajat kesehatan kita, bisa langsung maupn tidak langsung, bisa strategis ataupun operasional tergantung dari sudut pandang kita. Akan tetapi bila kita melihat secara general dan komprehensif, konsep Blum merupakan salah satu konsep yang cukup tepat untuk menggambarkannya. Blum mengungkap bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu kondisi lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan factor genetika, artinya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik kita bisa menggunakan konsep ini sebagai aspek-aspek penguatnya.

Manusia hidup tidak terlepas dari lingkungan, baik itu fisik maupun social. Kesehatan lingkungan merupakan factor paling dominan yang memengaruhi kondisi sehat tersebut. hasil Riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2010 menginformasikan bahwa penggunaan arang dan kayu bakar sebagai sumber energi terutama di perdesaan sebesar 64,2 persen diprediksi akan meningkatkan gas CO yang berpotensi menimbulkan risiko penyakit saluran pernafasan dan mendukung terjadinya perubahan iklim, artinya lingkungan tempat kita tinggal punya pengaruh terhadap kondisi kesehatan kita. Cikungunya di Jakarta sangat meningkat pesat saat terjadinya banjir, penyakit kulit dan diare mudah menyerang pada pengungusi-pengungsi akibat bencana,dalam sebuah penelitian FKM UI tahun 2007 oleh Wika di Jakarta tentang factor penyabab diare pada balita ditemukan bahwa sarana air bersih yang kurang baik menyebabkan balita terserang diare.

Kemudian, kesehatan juga tidak terlepas dipengaruhi juga oleh factor perilaku, Soekidjo Notoatmojo menngungkapkan bahwa perilaku terdiri atas pengetahuan, sikap dan tindakan, dalam penelitian penulis tahun 2009 tentang diare didapatkan bahwa persepsi ibu yang salah tentang penyakit diare membuat ibu salah mengambil tindakan pencegahan diare. Perubahan jaman yang semakin cepat dimana segala sesuatunya serba instan, cepat, dan tidak merepotkan merupakan sebuah pilihan, sehingga bila kita tidak membarenginya dengan perilaku yang sehat , maka pilihan-pilihan yang kita ambil menyebabkan kondisi sehat memburuk, contohnya yaitu semakin meningkatnya penyakit tidak menular yang sangat dipengaruhi oleh perilaku.

Setelah itu derajat sehat yang baik juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, berbicara pelayanan kesehatan maka berbicara ketersediaan dan kualitas pelayanannya. Sudah dapat dipastikan minimnya ketersediaan fasilitas kesehatan di daerah terpencil menciptakan kondisi kesehatan yang juga kurang baik. Berbagai upaya juga dilakukan pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang baik. Misalnya menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan, akan tetapi pengawasan terhadap berjalannya system ini yeng harus terus diketatkan untuk menghindari kesalahan. Kemudian yang terakhir adalah factor keturunan, merupakan factor yang cukup kecil memengaruhi derajat kesehatan kita.

Kesehatan bukanlah masalah pemerintah saja, tetapi semua orang yang ingin menuntut hak sehatnya juga punya porsi dalam mewujudkan kondisi sehat, karena bila semua bertumpu pada pemerintah, kucuran dana pemerintah, pembangunan fasilitas oleh pemerintah maka kondisi sehat akan jauh dari titik idealnya, apalagi bila pemerintah yang menjalankan proses eksekusinya tidak sehat dalam artian tidak didukung dengan system perencanaan, pengawasan, dan evaluasi yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline