Lihat ke Halaman Asli

Wajah Oriental itu....

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari pertama melihat wajah oriental itu. Sungguh rasanya menggetar hati ini, hati yang telah lama tak di hinggapi rasa kagum kepada seorang wanita. Wajahmu begitu berseri. Aku mulai berpikir bagaimana cara menggapaimu di hari pertama mengenalmu dan mencari tahu namamu. Apakah namamu memang seindah wajah oriental itu?

Sejak dulu aku dan pikiran ini selalu menganggap wajah oriental itu cantik, mempesona, namun sangat jauh untuk mengapainya. Tepat hari ini saat aku melihatmu , melihat wajah oriental itu. Rasa semakin dekat saja.

Yaps... tepat seminggu lalu aku melihat kau pertama kali, pertama kali hati ini jatuh di saat pandangan petama. Aku mulai berpikir kau kah seorang wanita yang benar-benar sesuai dengan karakteristik gadis yang menjadi idaman, bukan cuma di wajah, namun di etika, hati dan lain sebagainya... ahh aku mungkin bukan siapa-siapa bagimu saat ini, kau belum mengenal ku dan aku berharap lebih?

Sunggu sebuah cerita basa-basi, ingin menanyai mu tentang berapa hal, siapa nama lengkap mu, apa makanan kesukaan mu, bagaimana kehidupan mu... yah itu sungguh berlebihan. Bak seonggok karang di pantai yang selalu melihat mu sebagai matahari yang terbenam di ufuk barat tampa bisa berbuat apa-apa. Tidak seperti pohon kelapa yang melambai-lambai menjelang terbenam mu.

Mungkin. Mungkin hanya aku yang tersenyum dengan penampilan mu tadi, yang mengumkan saat presentasi di minggu ketiga kita bertemu dalam suasana kelas yang selalu sama saat ada dirimu. Indah, menyenangkan.

Aku mulai berandai-andai untuk menyatakan cinta ini, menyatakan perasaan ini, menyatakan isi relung hati ini. mengambarkan betapa romantisnnya kisah cinta kita bersama. Wahjah orintal itu tak dapat ku lupakan. Ini benar-benar nyata.

Namun, aku mulai berpikir aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa saat ini, I’m Nothing. Untuk menyapa mu saja aku tidak sanggup, untuk menampilkan senyuman kepadamu pun aku agak sedikit malu untuk melakukannya.

Ah perasaan ini menggangguku, mengganggu kehidupan ku dengan wajah oriental yang tak terlupakan itu. Saat ini peranku hanya sebagai seorang jurnalis kampus, namun engkau yang berwajah oriental manis itu hanya penikmat game Line get Rich..

Mungkin ku di hadapkan pada sebuah cara, sebuah hal yang dapat kulakukan adalah mencari tau dirimu. Mencari informasi tentang mu dengan gaya seorang jurnalis. Dengan sejuta cara yang ada kupilih cara yang pailing aku bisa.

Aku, seorang yang sepi, pilu di hati ku yang menyendiri bertemu dengan mu lagi di ruang yang sama, di hari yang sama, dan mata kuliah yang sama. Aku pun mulai mencari tahu dirimu lagi.. lagi. Dengan sedikit kempuan ini, kucari fakta-fakta tentang kindahan dirimu itu. Kumuncukan sebuah opini manis dengan sudut pandang elegan dari dirimu. Menghadirkan cerita tentang dirimu yang diperankan yang namanya ‘Cinta’.

Hingga akhirnya, hasil dari itu semua membentuk majalah romans yang hanya aku dan kuharap dirimu yang dapat memahami rasa ini, memahami indahnya dirimu, merasakan manisnya wajah mu. Tapi itu sangat jauh dari kenyataan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline