[caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="http://x-banzai.blogspot.com"][/caption]
Suatu ketika, di depan layar televisi terdapat dua orang yang duduk bersampingan. Mereka duduk diatas kursi sofa sambil menonton tayangan berita di televisi. Mereka dengan serius menonton tayangan berita . Tidak ada yang bicara, hanya terlihat gerakan kepala saja.
Kedua orang yang menonton tayangan berita tersebut berpakaian bersih dan rapih, sepertinya yang sebelah kanan adalah seorang pejabat dengan jabatan yang tak mungkin rendahan. Dasi dan jas yang dikenakan pria di sebelah kanan mempertegas kesan penampilannya sebagai orang penting yang selalu memperhatikan penampilan.
Sementara itu, disampingnya duduk seorang pria tengah baya dengan pakaian yang tidak jauh berbeda. Hanya saja dia terlihat menenteng sebuah tas kecil berwarna hitam. Entah laptop atau dokumen rahasia apa yang ada di dalamnya, karena dia terlihat begitu cemas jika seseorang memperhatikan tasnya tersebut.
Tiba-tiba, pria di sebelah kanan bergumam. Dengan wajah menahan amarah dia mengeluarkan kekesalan setelah menonton tayangan berita di hadapannya. Dia terlihat sangat tidak setuju dengan eksperinya yang menggeleng kepala dengan kerutan di dahi yang tidak bisa disembunyikan lagi.
"Hmmm, keterlaluan dengan presiden kita ini. Masa di tengah rakyat mengalami kemiskinan, bencana dan musibah seperti ini, malahan membeli pesawat mewah"
Tanpa di duga, orang yang ada di sebelah kiri langsung menoleh dan berkata dengan tegas. Sepertinya mereka tidak saling mengenal, namun karena ekspresi dan gumaman orang di sebelahnya itu sangat menggangu dia. Sehingga dengan cepat dia bereaksi pada saat itu.
"Lho! Anda ini kenapa bicara demikian? Toh itu sudah menjadi hak presiden untuk mendapatkan kelayakan mobilitas kan? Dan itu bukan untuk kepemilikan pribadi, karena jika pada saatnya nanti pergantian presiden. Sarana itu akan dikembalikan kepada negara, bukan menjadi milik presiden atau pihak pribadi siapapun"
Pria yang bergumam tidupun langsung menatap tajam ke arah orang yang ada di sampingnya. Dia lebih mengerutkan lagi dahinya sambil mengarahkan posisi duduknya untuk menghadap ke sebelah kiri. Diapun bersiap berkata dengan nada yang masih kesal.
"Bagaimana tidak? lihat dong keadaan rakyat pada saat ini? Kok bisa ya tega presiden membeli pesawat mewah di tengah Kelaparan, kekurangan rakyatnya? Apa dia buta atau memang sudah membutakan mata hati dan nuraninya, lagian...."
Belum sempat pria di sebelah kanan itu bicara, kemudian pria yang di sebelah kiri memotong pembicaraannya. Rupanya keduanya sudah langsung masuk kedalam sebuah perdebatan yang panas. Walaupun sepertinya mereka belum pernah mengenal antara satu dengan yang lainnya.