Kuliah tadi malam berlangsung seru sekali, waktu satu setengah jam yang syaa pakai rasanya belum cukup untuk berdebat soal berbagai macam hal, masih banyak rasanya yang perlu dibahas.
Tadi Malam perbincangan dan diskusi seru itu berlangsung karena bicara soal Korupsi di Indonesia dan berbicara soal "KARAKTER". Mengapa Koruptor di Indonesia ketika tertangkap selalu bahagia sedangkan mereka di luar negeri wajahnya sangat menyedihkan.
Mahasiswa pada menyinggung soal kepribadian orang Indonesia yang selalu menganggap enteng suatu persoalan, sehingga mungkin dianggap sebagai cobaan dan pasti ada jalan keluarnya nanti.
Di sisi lain ada juga mahasiswa yang menjawab dengan istilah psikologi "The Eccendentesiast". Wah semakin menarik, saya pernah dengar soal ini tapi kemudian di flash back oleh mahasiswa soal ilmu dalam psikologi ini.
"The Eccendentesiast" adalah sebuah istilah dalam dunia psikologi, yang mana orang yang selalu mampu menunjukkan raut wajah yang gembira meski hatinya tengah terluka. Ia pandai menyembunyikan perasaaanya yang sebenarnya. Gara-gara ini saya ingat cerita jaman kuliah dulu yang saya baca di majalah kampus soal "MENJADI BADUT".
Kisahnya kurang lebih seperti ini, suatu hari ada seorang pria datang ke psikiater untuk berkonsultasi kepada psikiater itu, ia menceritakan berbagai keluhan dan masalahnya yang ia alami.
Setelah panjang lebar ia bercerita sampailah ia pada tahap mengeluh atas hidupnya. Mulai dari "Kenapa saya harus terus ditimpa masalah?" , "Kok rasanya saya selalu ditimpa masalah terus?". Saya Bingung sampai rasa-rasnaya saya tidak mau hidup lagi saja. Berat rasanya menjalani hidup ini.
Keluhan-keluhan itu saja yang berulang kali yang terus dilontarkan oleh pria tersebut, setelah mulai tenang dan pria itu tidak bebricara lagi tentang keluhannya, maka sang psikiater mulai berbicara dan menelurkan beberapa solusi salah satunya adalah "Apakah anda tahu bahwa di sekitar taman kota, ada seorang badut yang sangat terkenal?
Dia pandai membuat orang frustrasi seperti anda tersenyum. Mengapa anda tidak mencoba menghampirinya nanti sore? Anda akan merasa sedikit terhibur.
Seketika ruangan konsultasi menjadi hening membisu, tidak ada suara sama sekali. Tak lama sang pasien kemudian berdiam diri dan menunduk, lalu air mata nya mulai menetes semakin lama semakin banyak. Kemudian pasien mulai berbicara sambil terisak-isak "Bagaimana saya bisa terhibur oleh badur resebut?" tanyanya.
Si Psikiater pun kemudian bingung sambil ia bertanya kembali tanyanya "Memangnya ada apa? Banyak kok pasien saya yang melakukan hal yang sama?" jawab sang psikiater. Lalu sambil menahan air mata dan sesak di dadanya, pasien itu lalu menjawab: "Karena... sayalah badut itu."