Minggu lalu, benar-benar sulit punya waktu untuk menulis, edisi ke 40 yang harusnya terbit minggu lalu malah jadi terbit minggu ini yang akan dirapel dengan edisi ke 41 senin nanti. Tentu menjadi konsisten tidak mudah, akan banyak tantangan. Minggu lalu kebetulan saya mulai kerja magang di BPN, otomatis rutinitas mulai berubah keluar sudah pagi-pagi. Semua menyesuaikan diri mulai dari pola tidur yang biasanya begadang karena bekerja diubah tidur menjadi lebih awal. Pekerjaan kalau tidak selesai dilanjut lagi besok, begitu saja. Agar tidak Ngoyo dan menjadi lelah. Sudah itu, jadwal saya menulis setiap sabtu di gantikan dengan persiapan belajar untuk seleksi ALB Notaris.
Tetapi, ngomong-ngomong seminggu bekerja di BPN benar-benar memberikan saya definisi kerja yang berbeda, melihar kita berpacu bersama para Aparatur Sipil Negara, melayani masyarakat dari waktu ke waktu bahkan ketika loket sudah tutup pun jika memang mendesak keperluannya tetap dilayani. Menjadi ASN memang tidak mudah dengan segala konsekuensinya. Seminggu ini di BPN juga membuat saya bertemu dengan berbagai kasus yang kalau di bangku kuliah hanya dipelajari seara teori belaka yang sudah barang tentu berbeda dengan praktikal nya di lapangan. Arti berbeda 180 derajat ini karena seringkali teori hanya memberi bentuk saja pada sebuah studi kasus sedangkan Praktek di lapangan itulah yang menjadi roh dari teori itu sendiri lagi.
Bahkan saya merasa di tengah pandemi, rasanya pemohon itu tak sudah-sudah bahkan bisa menyebabkan waktu makan siang menjadi molor. Itu barang tentu sudah menjadi resiko. Diantara para pemohon tersebut ada dari berbagai macam kalangan usia, mulai dari tua, muda, dari yang datang sendiri sampai dipapah untuk datang ke kantor BPN. Tak cuma itu saja, dari pemohon yang ceria mukanya hingga yang menangis pun ada disitu. Ahh sungguh sebuah pengalaman yang berharga.
Tapi, saya mulai banyak belajar termasuk bagaimana memanage orang, saya ingat betul saya bertemu dengan bapak-bapak tionghoa yang berusia 70-an tahun, masih semangat mengurus sendiri berkas-berkasnya serta tidak meminta bantuan orang lain. Bahkan, ketika ditanya anaknya dimana? kenapa tidak anaknya yang mengurus, bapak itu menjawab anak saya jauh sekali, dan kalaupun disini pasti tidak mau kalau disuruh mengurus barang-barang seperti ini. Sayangnya saya tak sempat mendokumentasikan bapak itu, pas sekali kebetulan handphone blackberry saya sedang habis baterai.
Lagipula, agaknya cerita soal bapak itu soal anaknya membuat saya sedikit banyak tersentak, sedikit banyak saya tentu terenyuh, dan mengingat sebuah gambar yang dulu pernah dibawa pulang soal orang tua. Saya berusaha mencari filenya di ruma tidak ketemu tetapi akhirnya di beberapa situs saya temukan koleksi foto tersebut.
Jika anda dapat melihat dengan jelas, foto di saat daku tua ini betul-betul menunjukkan kita kebalikan, apa yang sudah dilakukan oleh orang tua kita, dan kemudian dibalik apa yang seharusnya kita lakukan di masa sekarang. Membaca ini sedikit banyak terbayang-bayang wajah orang tu saya, apakah anda dapat merasakannya?
Apapun itu, masing-masing orang pasti pernah mempunyai atau memiliki pengalaman di masa lalunya yang mungkin membuat menyesal di masa kini. Terkadang penyesalan itu begitu membekas dan membuatnya selalu dihantui perasaan bersalah, dan seringkali perasaan menyesal itu munculnya selalu belakangan. Sehingga, terkadang ada terlintas di benak saya untuk memanfaatkan waktu yang ada atau istilahnya jangan sia-siakan kesempatan yang ada. Karena masa-masa itu tak akan terulang lagi, sehingga janganlah anda sedikitpun menua tanpa melakukan sesuatu.
Tak hanya orang tua kita saja, semakin hari kita juga harus menyadari bahwa kita juga semakin tua, begitupun dengan orang tua kita, cerita-cerita soal bapak yang mengurus sendiri membuat saya tersadar bahwa terkadang kasarnya orang tua tidak hanya butuh biaya hidup dari anak belaka, tapi soal kehadiran menjadi hal yang penting. Karena waktu tentu tak dapat diputar dan tak dapat kembali, maka jangan sia-siakan waktu berharga anda dengan keluarga. Sekecil apapun hal itu pasti bermakna bagi anda dan juga keluarga anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H