Lihat ke Halaman Asli

Ronald Anthony

Penulis Lepas

Saturday Morning #32 - "New Year Bolo-bolo"

Diperbarui: 2 Januari 2021   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olah pribadi

Ada pertanyaan menarik yang disampaikan ke saya minggu lalu, Kenapa sih tahun baru ke Desa?  Kan ngak ada apa-apa, ngapain coba, lebih enak di kota liat kembang api dan sebagainya. Nah, saya sih diam-diam ketawa saja, sambil saya mengatakan Oleh Karena Itu Saudaraku! Karena tidak ada apa-apa saya mau kesana. 

Walaupun kata "Tidak ada Apa-Apa" ini perlu dipertegas bahwa desa itu bukanlah desa yang kosong melompong tidak ada penduduknya. Tapi lebih kepada, karena desa itu memang tidak ada perayaan khusus dalam menyambut tahun baru maka lebih senang kesana. Selain itu, sinyal disana cukup sulit kartu saya yg IM3 otomatis tak dapat digunakan. Wkwkwkwk

Saya di beberapa podcast teman saya pernah menyampaikan bahwa saya adalah orang yang semi introvert, maksudnya separuh introvert dan separuh lagi ekstrovert. Menurut saya momen tahun baru menjadi suatu momen yang menarik untuk menarik diri sejenak dari padatnya kota, apalagi Kota Pontianak dimana ritme hidupnya berjalan dengan cepat, dari hari ke hari dipenuhi kata kerja, rapat, koreksi, mengajar, dan sebagainya. Hampir sulit rasanya untuk bisa santai-santai. Kalaupun bisa ada waku luang dan sedikit santai, pasti tetap ada kepikiran deadline pekerjaan yang mesti diselesaikan.

Tapi serius, liburan kali ini, walaupun tidak diperkenankan kelmana-mana, kami memutuskan untuk libur pergantian tahun 2020 ke 2021 ini kami menghabiskan dengan lebih banyak di desa. Supaya lebih tenang, dan juga tempatnya yang santai, tidak bising dengan ramai orang, supaya bisa benar-benar quality time bersama keluarga. Apalagi Pandemi, tentu kita harus lebih banyak mengurung diri.

Lantas, mengapa harus ke desa? Sejujurnya tidak ada alasan khusus yang menyebabkan kami kesana. Hanya memang ada beberapa hal yang mesti ditemui disana jadi istilahnya sambil menyelam minum air. Kalau soal letak sebenarnya cukup jauh mesti kurang lebih 8-10 jam perjalanan, saya sendiri sebetulnya adalah orang yang paling malas jalan jauh apalagi menggunakan mobil rasa lelahnya tak sebanding. Karena kalau dihitung-hitung dengan moda transportasi lain seperti pesawat terbang saja hanya membutuhkan waktu 30 menit. Sudah barang tentu, memakan waktu yang lama dengan menggunakan jalur darat. 

Kembali ke cerita soal desa yang kami kunjungi ada dua desa besar yaitu Tumbang Titi dan Tanjung, dua-duanya di kabupaten ketapang, Kalimantan Barat. Pusat desanya saja dapat kita lalui dengan mudah hanya satu putaran jalan kaki selesai. Hari biasa, tak terlalu banyak aktivitas orang disini palng ramai pun hanyalah pasar rakyat saja. Sisanya sepi sekali, bahkan suara jangkrik kerap kali masih terdengar di siang bolong. Disini pun juga banyak pendatang dari jawa, entah itu berjualan lamongan, makanan atau kedai-kedai kopi lainnya.

Kesunyian di desa ini sebetulnya cocok bagi yang ingin "Nyepi". Yang tak mampu hanyalah jarak tempuh dan jalan rusak saja. Kalau bicara Pontianak terlalu hectic penuh sesak, apalagi kalau menjelang pergantian tahun. Walaupun, ada himbauan untuk tetap berdiam diri di rumah, ya kita lihat saja, harusnya anda sudah bisa melihat  apakah hal tersebut dipatuhi apa tidak. Selain itu kalau menurut saya, Pontianak juga kurang cocok rasanya untuk merenung, karena rasanya di sana ketemu orang-orang itu juga. Wkwkwkwk.

Mumpung belum sibuk semua, biasanya agak susah mencari waktu-waktu seperti ini bisa pas "kumpul" semua.  Bagi yang kenal dengan keluarga kami, sebenarnya keluarga kami cukup aneh, tak pernah ada rencana mau liburan kemana, semua serba spontan saja, pas waktunya cocok, semua oke, langsung cari tiket pesawat dan hotel, langsung jalan, Gasss. Yang saya ingat pasti beberapa kali kejadian liburan mendadak ini terjadi, yang agaknya parah tahun lalu, tiba-tiba mama saya pagi-pagi terlintas mau jalan ke bali, tanya semua, waktunya cocok, sorenya langsung terbang ke bali. 

Hal ini tentu menggelitik satu teman saya untuk bertanya, apakah liburan mendadak seperti itu, tidak dapat tiket yang mahal?, atau ada lagi seorang teman yang berkata "hebat ya orang kaya bisa jalan-jalan terus". Saya sih ketawa-ketawa saja, saya selalu menyampaikan ke mereka, di keluarga kami ada uang yang memang disisihkan untuk liburan. Jadi sebisa mungkin setahun sekali kami akan jalan-jalan, mesklipun tidak selalu begitu. Jadi karena ada pos anggaran yang disisihkan untuk liburan, sudah barang tentu tidak mengganggu cashflow yang lain karena sudah ada pos-posnya. Wkwkwk

Lanjutan cerita diatas, sebenarnya sederhana saja pemikiran mama saya, beliau selalu berpikiran kadang kala di tengah kesibukan memang perlu waktu rehat sejenak agar quality time dan kehangatan keluarga tetap terjaga, walaupun sibuk dengan profesi masing-masing. Maka nya sebisa mungkin setahun sekali, pasti ada waktu untuk liburan. Tahun depan jika tak ada pandemi sebetulnya ada rencana mau liburan ke Belitung. Tapi, karena keselamatan dan kesehatan adalah yang utama, lebih baik niat itu diundur sejenak, sembari menunggu pandemi ini berakhir.

Tapi, kebiasaan mendadak dari mama saya ini yang justru menjadi  kebiasaan bagi kami anak-anaknya, kalau jaman kuliah, pas waktunya cocok, tidak ada jadwal kuliah dan segala macam tetek bengek urusan perkuliahan, ya langsung pulang saja mendadak. Yang barang tentu orang rumah kaget bukan kepalang kalau tiba-tiba kami sudah muncul saja di depan rumah. Maka, teman-teman dekat saya sudah paham dan terkadang bercampur kesal, karena saya tidak tahu juntrungannya, tiba-tiba sudah ada saja di Pontianak tanpa ba bi bu. Wkwkwkwk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline