Restu di jaman reformasi ini bagi kebanyakan orang, mungkin tak bakalan laku., dan sudah tidak zamannya lagi. Benar, jika restu itu langsung diminta dari sang pengambil keputusan dan kebijakan. Namun, bila restu itu ada dalam lingkaran keluarga yang lebih senior dan sepuh. Seperti mertua SBY, Ibu Ageng. Percaya dan tidak percaya. Ternyata menghasikan sesuatu yang berarti. Anas dan Timur pun telah menuainya.
Masih ingat Kongres II Partai Demokrat (PD) di Bandung, 20 - 21 Mei 2010. Hasilnya, Anas Urbaningrum (AU), terpilih menjadi Ketua Umum PD dengan 2 putaran mengalahkan rivalnya Andi Malarangeng dan Marzuki Alie. Kabar beredar sangat kencang, bahwa sebenarnya AU tak direstui SBY. Pertanyaannya, mengapa AU yang jadi. Sumber yang dekat dengan Cikeas membocorkan bahwa Yudhoyono tak bisa berbuat apa2 setelah Sunarti Sri Hadiyah, biasa dipanggil Ibu Ageng, mertua SBY senang dengan AU, yang kalem, dan tak meledak-ledak. Rupanya, AU dalam setiap kesempatan selalu mengunjungi Ibu Ageng dikawasan Cijantung. Sesibuk apapun AU, hukumnya selalu wajib untuk tetap mengunjungi mertua SBY menjadi hal yang tak boleh dilewatkan. Hasilnya, kita ketahui bersama, kongres itu berakhir dengan manis tanpa ada pihak yang menggugat nama AU.
Mendekati 5 bulan kurang 2 minggu terhitung dari bulan Mei tahun ini. Timur Pradopo (TP) melakukan hal yang sama, yaitu bertandang ke Ibu Ageng, dalam setiap kesempatan. Sumber di kepolisian mengatakan TP pun kerap mengunjungi Bu Ageng, di kediamannya, Cijantung, Jakarta Timur. Ia datang untuk sekadar menanyakan kabar kesehatan ibu mertua Yudhoyono itu. Lepas dari pembawaan Timur yang rendah hati dan tidak suka meledak-ledak, dan juga lepas tipe TP yang disukai Yudhoyono.
Padahal Mabes Polri sudah mengajukan dua nama calon Kapolri, Komjen Nanan Soekarna (NS)dan Komjen Imam Soejarwo. Sumber di PD menyatakan Nanan tak disukai SBY karena NS yang lebih condong ke PDIP, sedangkan Imam yang dijagokan SBY, ternyata tak mendapat tempat di senayan, artinya bakal gagal jadi Kapolri. Tak mau kehilangan kewibawaan, buru-buru SBY memanggil Kapolri, Jendral Bambang Hendarso Danuri, dan Kompolnas. Terbetiklah nama Irjen TP yang hanya dalam 3, 5 jam naik pangkat menjadi Komjen dengan jabatan Kepala Pemeliharaan dan Keamanan Mabes Polri, yaitu sebagai syrat diajukan calon Kapolri yang harus bintang 3. Lagi-lagi usulan Mabes Polri yang mengajukan dua nama dimentahkan pihak istana negara. Walaupun , pernyataan Mabes Polri melalui kapolri cukup memebuat tenang korps bayhangkara, riak-riak kecil sempat terjadi di Mabes Polri, serasa tak percaya dengan keputusan istana memilih TP. Bahkan, jau-jauh hari sebelum nama TP dimunculkan, Kapolda Sumut, Irjen Pol Oegroseno dalam pernyataan pers setelah penangkapan teroris, sepakat dengan pengajuan NS sebagai calon Kapolri, karena sama-sama angkatan 78.
Jika dalam hitungan tahun ini saja mertua SBY telah merestui 2 orang putra terbaik bangsa sebagai Ketua Umum PD dan Kapolri. Padahal masih ada 3 - 4 tahun lagi masa kepemimpinan Yudhoyono, dan setiap bulan atau 3 bulan banyak pejabat militer, Polri dan pejabat yang harus mendapat persetujuan DPR. Bisa dibayangkan, berapa banyak lagi SBY akan memilih calon tunggal, tentu tak usah repot-repot lagi SBY memanggil staf ahli dan orang yang dianggap kompeten, cahnelnya sudah ada yaitu Ibu Ageng. Bersiaplah, para pejabat yang diajukan ke DPR untuk segera bertandang dan berkunjung ke mertua SBY, tentu tidak serta merta karena ada persoalan mau dipilih. Track record berupa rekam jejak juga ternyata sudah ada pada Ibu Ageng. Sekali lagi restu mertua SBY masih jadi pilihan Yudhoyono.
Ternyata mertua SBY telah menjadi magnet penentu AU dan TP melanggeng sebagai Ketum PD dan Kapolri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H