Lihat ke Halaman Asli

Ronald Wan

TERVERIFIKASI

Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Naik Gampang, Turun yang Sulit

Diperbarui: 7 Agustus 2017   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (https://www.rushlane.com)

Dalam kehidupan ada kalanya kita berada di atas dalam artian mampu secara ekonomi. Namun tidak tertutup kemungkinan suatu saat kita berada di bawah. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan kita untuk membiayai gaya hidup.

Gaya hidup kita memang seringkali dipengaruhi oleh trend. Teman atau kenalan di Facebook, pamer foto sedang berlibur di Eropa. Jika kita mampu seringkali kita tidak mau kalah, langsung juga mengatur liburan berikut pergi ke Eropa. Lain waktu, teman bercerita makan di resto kekinian, "Wah enak banget loh, tempatnya juga instagramable" langsung kita pergi ke sana pada akhir minggu berikut.

Apakah perlu mengikuti segala hal yang dianggap kekinian?

Handphone mahal, tas trendy, resto kekinian, sepatu branded dan lainnya. Semua kembali ke diri kita masing-masing. Keputusan di tangan kita, mau ikut atau tidak. Terbelit utang demi trend ataupun tidak. Untuk naik kelas dan menikmati gaya hidup baru sesuai dengan penghasilan kita yang bertambah adalah sangat mudah.

Memiliki gaji besar, sangat mudah untuk mengikuti trend. Kemungkinan untuk jatuh selalu ada walaupun mungkin hanya 0.0001% tetapi tetap ada kemungkinan. Tidak ada yang tahu besok akan bagaimana. Apakah besok kita masih bekerja? Apakah besok kita masih hidup? Tidak ada yang tahu.

Sederhana saya pikir itu salah satu kunci kebahagiaan. Jika terbiasa hidup sederhana, naik turunnya pendapatan tidak akan mempengaruhi kita. Sesekali menikmati resto kekinian bukan berarti tidak boleh, namun saya pribadi juga masih sering makan di pinggir jalan. Malah menurut saya beberapa masakan tradisional, begitu masuk resto mahal rasanya kurang nendang. Misalnya Gudeg, Sop Kaki Kambing, Pecel dan lainnya.

Apakah dengan hidup sederhana mengurangi eksistensi kita?

Terus terang saya tidak peduli, kesukaan saya makan di warteg jika ada yang menilai nggak keren. So What? Toh saya tidak minta dibayari. Warren Buffet salah satu orang terkaya di dunia masih tinggal di rumah yang dibelinya sejak tahun 1958, suatu contoh kesederhanaan saya pikir.

Kesemua ini bukan berarti tidak boleh menikmati hasil kerja kita. Namun kita juga harus  siap jika suatu waktu, kita tidak mampu lagi membiayai gaya hidup kita sekarang.

Sangat mudah untuk meningkatkan gaya hidup, namun sangat sulit untuk turun kembali.

---

Salam,
Hanya sebuah renungan pagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline