Hidup ibarat sebuah jam pasir. Tidak seorang pun yang dapat meramalkan tinggal berapa banyak bulir-bulir pasir yang tersisa di sisi atas jam itu.
Hingga kita menemukan bahwa sudah tidak ada lagi bulir yang tersisa di atas jam pasir itu, yang menandakan berakhirnya sebuah kehidupan.
Kehidupan itu diawali dengan kelahiran, dan melewati proses tua, sakit, dan mati. Hal ini adalah sebuah hukum alam yang abadi.
Ibarat sebuah jam pasir ketika di balik, maka perlahan semua bulir-bulir pasir di bagian atas akan mengalir ke penampung bagian bawah. Selama itu pula rentang kehidupan kita di dunia ini.
Selama masa kehidupan itu, kita akan mengalami berbagai macam perasaan, seperti perasaan bahagia, puas, sedih, bingung, ragu, menderita, bangga, kecewa, marah, dan senang yang akan datang dan pergi silih berganti.
Serta bentuk-bentuk pikiran, seperti pikiran positif, netral, dan negatif. Segala sesuatunya berubah dari waktu ke waktu, yang abadi adalah perubahan itu sendiri.
Begitupun dengan setiap pertemuan, akan diakhiri dengan perpisahan. Segala yang bermula pasti akan berakhir.
Dengan menyadari hal itu. Yuk, mari kita peluk orang-orang yang kita sayangi saat ini juga, menikmati setiap momen kebersamaan, mari kita damaikan segala permusuhan dan pertengkaran, dengan kesadaran penuh bahwa semua itu tidak abadi dan pasti akan berlalu.
Akan tiba sebuah masa di mana orang-orang yang kita sayangi akan terpisah dari kita, bahkan setiap orang pun pada akhirnya akan berpisah dengan tubuh mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H