Lihat ke Halaman Asli

Apneu on Ramadhan (Keajaiban Cinta Ayah dan Anak)

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Ramadhan

Saya masih ingat bayi  mungil itu masuk ke ruang perawatan bayi ini 4 hari yang lalu. Saya sendiri yang menerimanya. Dari anamnesis dengan sang ayah, diketahui bahwa ia adalah anak ke tiga. Bayi tak berdaya itu terpaksa dikeluarkan dari perut sang bunda 10 minggu sebelum taksiran melahirkan. 30 minggu, adalah waktu yang sangat tidak tepat untuknya mengenali dunia. Belum sanggup organ-organnya berinteaksi dengan lingkungan luar. Di umur begitu dia masih butuh asupan gizii dan belaian dari sang bunda. Tapi, dunia memang kejam Nak. Kau harus segera berpisah dengan Bundamu, karena tiba-tiba kontraksi itu datang, sepertinya kau 'meminta' keluar. Mau tak mau, bunda dan dirimu sendiri harus diselamatkan. Tak ada cara lain, kau mesti dikeluarkan saat itu juga. Sectio Caesaria mengakhiri masa indahmu di rahim itu. Dan lahirlah dirimu, menatap pekat dan kejamnnya dunia. Saat itu, kau pun tidak menangis. Kulitmu tidak merah dan segar. Beratmu hanya 1,4 kg. Sangat jauh dari berat badan bayi  normal. Beberapa saat kemudian, kaupun merintih. Megap-megap meminta oksigen. Tak lama kau pun sesak nafas, karena paru-parumu belumlah matang. Tak sanggup menarik oksigen dengan sempura.

Dalam hati saya bertekad, bayi ini harus selamat. Harus! Pernah beberapa bayi dengan berat badan lebih kecil bisa selamat selama perawatan dan pulang  dengan senyum kedua orang tuanya.

Dalam kondisi seperti itulah saya menerimanya. Setelah dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan lain, kami tegakkanlah diagnosis buat si bayi. Kepada sang ayah yang mengantar dijelaskan pula mengenai kondisi bayi, kemungkinan-kemungkinan yang akan bisa terjadi pada anak, komplikasi dan lain sebagainya. Untung sang ayah sangat kooperatif dan sabar. Sehingga kamipun lebih tenang menghadapinya.

3 hari kemudian, tepat tanggal 3 ramadhan. Saya kembali mendapat giliran jaga malam. Ow, saya dengar sang bayi tidak banyak kemajuan, malah memburuk. Beberapa kali dia mengalami apneu. Apneu prematurity. Suatu kondisi dimana seorang bayi 'lupa' bernafas, sehingga kebutuhan oksigen organ-organnya tidak adekuat. Saturasi oksigen di monitorpun otomatis menurun. Beberapa kali resusitasi (bantuan dasar untk life saving) dilakukan.

Selama saya jaga bersama seorang senior itu, kondisi si bayi mungil  semakin memburuk. Beberapa kali dia muntah darah, sehingga transfusi pun terpaksa kami lakukan. Beberapa kali dia apneu, sehingga beberapa kali di resusitasi manual. Sampai pada detik itu, sewaktu saya sedang mengambil darah pasien lain, tiba-tiba seorang perawat menyeru,

"Dok, bayinya tiba-tiba diam..!!"

Sontak saya mengalihkan perhatian, dan segera mendatangi incubator sang bayi. Oh nooo.... dia benar-benar apneu, sianosis, dan tidak bergerak lagi. Segera saya dengar detak jantuungnya.Nol. Segera saya meinta tolong perawat mengambil alat resus, adrenalin dan memangggilkan senior saya. Mulailah kami meresusitasi. Nafas dibantu, jantung dipijat, dan obat pacu jantung juga dimasukkan. 1 menit: detak jantung tetap tidak ada, Saturasi tidak terbaca. 5 menit: masih belum ada denyut jantung. Adrenalin sudah 2x. Kamipun segera menelpon sang bapak.

"Dimana, Pak"

'saya lagi di rumah, mau mandi'

"Bisa ke RS sekarang, anak bapak sedang kritis'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline