Hujan di malam Mei, begitu rusuh menghamburkan rindu
Tak sabar diderainya bumi, di kecup begitu basah..
Ia bergejolak..
Bumi tak rindu bersama kabut berlalu
Basah dan berlumpur membawa mati
Mei dalam sedih, dalam duka
Ada yg tercabut, menelan akar kehidupan
Kematian dekat mengendap-endap
Pahit, kemudian tangis bersenandung jauh
Keindahan nyata berkhianat
Pelukan bunda terlepas sudah
Ahh, dimanakah jiwa, khianat raga
Tak terbilang nafas telah berlalu
Masihkah dia harus hilang?
Dimanakah jejak itu saat berlalu..
Duka, benarkah engkau penuh dendam?
Kapan insan akan utuh kembali?
Hujan menceraikan jiwa..
Hujan menghentikan nafas..
Bersama bumi ia sekongkol
Bunda, maafkan pergiku tak berijin...
Dalam kabut kita bertemu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H