Lihat ke Halaman Asli

Pilpres 2014 - Bolehkah Kampanye Negatif dan Bagaimana Menyikapinya?

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini saya mulai banyak melihat orang-orang yang protes mengenai kampanye negatif.

“udah gerah gua buka fb isinya komentar politik yang saling menjelekkan semua!”

“males lihat news feed karena isinya saling menyerang! Bibit-bibit perpecahan!”

“percuma saling menjelek-jelekan capres lawannya, toh friend di fb jg ga bakalan pindah hati!”

“seharusnya setiap kubu cukup saling membahas visi misi dan program-program yang akan dijalankan saja!”


Setidaknya itulah komentar-komentar yang sering saya lihat belakangan ini.

Apakah pendapat seperti itu salah? tidak juga, namun saya akan coba menyampaikan pendapat dari sudut pandang lain.

Sepanjang saya pernah mengikuti pilpres selama ini, menurut saya baru kali ini track record setiap capres di gembar-gemborkan sebegitunya.

Pada pemilu sebelumnya, memang benar bahwa setiap presiden hanya menyampaikan visi misinya dan para pengikutnya berbondong-bondong manut. Biasanya rakyat pun memilih sesuai partai pujaannya, bukan presidennya. Siapapun yang dicalonkan oleh partai tersebut, mereka pilih.

Nah, kebiasaan inilah yang masih terbawa pada sebagian besar orang, bahwa memilih presiden cukup dengan memilih mana yang visi dan misinya terbaik.

Tapi saya menyadari, bahwa visi misi tidaklah cukup!

Sudah berapa kali Indonesia berganti presiden? Apakah kita merasa pemerintahan selama ini sudah dipimpin oleh figur pemimpin yang tepat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline