Lihat ke Halaman Asli

Ronald Dust

Seniman Musik dan Jurnalis

Ketika Golput Menjadi Bodoh dan Dosa

Diperbarui: 27 Maret 2019   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga"

Nila setitik itu bernama Politik yang merusak segala tatanan demokrasi. Mengapa kita harus mencampuri dan merusak banyak hal hanya demi raihan suara dalam Pemilu? Hanya gara-gara Pemilu, semuanya menjadi serba salah.

Salah jika tidak memilih si anu, salah pose jari lalu kena sanksi, bercanda salah, pose dengan cucu salah, jadi duda salah, ini salah, itu salah, salah tidak memilih siapa-siapa. Seolah semua hal di masa Pemilu menjadi penting dan terwajibkan dengan berbagai perspektif.

Mempersoalkan tulisan Prof.Franz Magnis mengenai Golput. Beliau mengatakan Golput adalah bodoh! Parahnya lagi, MUI mengatakan menjadi Golput bisa menimbulkan dosa!

Ada apa dengan bangsa kita?

Pemilu adalah proses demokrasi dalam sistem pemerintahan, dijalankan melalui kegiatan Politik. Karenanya, Pemilu adalah pembicaraan mengenai kebangsaan dan politik. Kita yang terlibat di dalamnya menilai dari sudut pandang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Golput atau tidak memilih calon pemimpinnya dalam Pemilu adalah HAK warga negara, BUKAN kewajiban. Hukum yang berlaku untuk Pemilu bersifat duniawi seperti hukum Negara.

Alasan menjadi Golput tentu beragam berdasarkan pemikiran pribadi masing-masing yang tidak boleh diatur dalam UU. Karena jika ditetapkan bahwa warga negara WAJIB memilih satu calon, itu namanya pemaksaan kehendak; tidak demokratis.

Apakah menjadi Golput adalah tindakan seorang bodoh? Sama sekali tidak! Suara Anda ingin dihargai, maka hargailah suara orang lain. Itu adalah inti dari demokrasi yang bertanggung jawab.

Lalu apa urusannya Pemilu dengan neraka? Bahkan berdoa pun bisa menjadi dosa jika menyalahi aturan agama. Apakah MUI menganggap bahwa menyandingkan Pemilu dengan Dosa cukup relevan untuk dilakukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline