Lihat ke Halaman Asli

Ronald Dust

Seniman Musik dan Jurnalis

Aspek-aspek Pelajaran Olahraga di Sekolah

Diperbarui: 4 April 2017   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tujuan utama diselanggarakan pelajaran olahraga di sekolah bukanlah melatih keterampilan (skill). Pernyataan ini didasari dari kenyataan bahwa seluruh murid wajib mengikuti pelajaran olahraga sedangkan keterampilan dalam cabang-cabang olahraga mengandung unsur talenta dan kemampuan fisik.

Memberikan pelatihan keterampilan cabang olahraga tertentu dilakukan kepada orang yang berorientasi kepada profesi atlit profesional. Sekolah umum memiliki kelompok murid dengan kondisi fisik, kemampuan dan ketertarikan yang variatif. Sehingga sekolah tidak dapat mewajibkan pelajaran olahraga kepada semua murid untuk menjadikan mereka terampil.

Sistem penilaian yang dilakukan di sekolah untuk pelajaran olahraga menjadi menarik untuk diamati ulang. Murid yang tidak bisa berenang dapat menggantikan nilainya dengan tugas teori; murid yang tidak bisa memukul bola dengan tongkat kasti (baseball) mendapatkan nilai kurang sementara keterampilan olahraga tidak termasuk kewajiban murid; sama halnya dengan murid perempuan yang tidak bisa/tidak suka bermain sepak-bola, mereka dapat mengganti nilainya melalui tugas teori.

Penilaian yang diberikan kepada murid atas kemampuan berolahraga menjadi rancu. Jika dalam praktek, guru meminta sekelompok anak lomba lari (sprint), guru hanya akan mendapatkan 1-5 pemenang saja; lalu bagaimana nasib nilai murid yang tidak bisa berlari cepat?

Pertanyaan yang muncul apakah pelajaran olahraga masih relevan dengan pendidikan di sekolah? Mengapa pelajaran olahraga diwajibkan dan apa fungsinya?

Dilihat dari program-program dan materi pelajaran olahraga di sekolah, pelajaran olahraga juga tidak tampak digunakan sebagai program kesehatan. Sekolah hanya menyediakan waktu yang singkat dan terbatas untuk pelajaran olahraga, yakni sekitar 2-3 jam dalam satu minggunya. Dalam waktu yang terbatas menurut ukuran kesehatan, sekolah memberikan pelajaran berupa teori dan praktek.

Pelajaran olahraga juga sering diselipkan di antara jadwal mata pelajaran lain. Sering terjadi bahwa murid harus kembali duduk dalam kelas mnegerjakan soal-soal IPA-IPS dengan kondisi kelelahan dan berkeringat setelah mengikuti pelajaran olahraga.

Maka dinilai dari aspek materi pelajaran, sistem penilaian dan penggunaan waktu, tujuan utama sekolah yang paling logis adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan umum yang berhubungan dengan dunia olahraga.

Sekolah menyediakan jalur ekstrakulikuler bagi murid yang berbakat dalam suatu cabang olahraga. Ini menunjukkan bahwa sekolah menyadari perbedaan kemampuan dan ketertarikan murid terhadap bidang olahraga. Diharapkan sekolah dapat mempertimbangkan kembali aspek-aspek mata pelajaran olahraga.

Sekolah hendaknya hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan berupa teori cabang-cabang olahraga, sejarah, tokoh-tokoh, lembaga-lembaga olahraga, peraturan-peraturan dan sebagainya. Sedangkan materi praktek olahraga hanyalah sarana yang diberikan sekolah agar murid bisa sekedar mencoba melakukan cabang olahraga.

Murid mempraktekkan teori cabang-cabang olahraga untuk memudahkan mereka memahami suatu permainan cabang olahraga, bukan untuk memberikan jalur profesional dengan memberikan penilaian beradasarkan keterampilan (skill).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline