Lihat ke Halaman Asli

Ronald Dust

Seniman Musik dan Jurnalis

Surat Terbuka untuk Mr. Kanghyun Lee

Diperbarui: 15 Maret 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

samsung.com

Pendahuluan untuk pembaca: Kanghyun Lee adalah Vice President Corporate Business and Corporate Affairs di PT. Samsung Electronics Indonesia.

Mr. Kanghyun Lee, terima kasih atas kesediaannya mengadakan sponsorship untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia melalui program Smart Learning Class. Namun ijinkan saya menilai bahwa program SLCSamsung tidak tepat guna. Metode yang digunakan SLC justeru memperlambat kemajuan yang kita harapkan itu, menurut saya.

Saya adalah salah satu yang sangat perduli dengan dunia Pendidikan kami di Indonesia. Mohon agar tulisan ini direnungkan.

Melalui program SLC, Samsung mengatakan “ingin memberikan pelatihan penggunaan gadget dan teknologi kepada guru-guru di Indonesia. Pelatihan tersebut diharapkan dapat membuat guru-guru semakin dekat dengan teknologi dan bisa memanfaatkannya untuk menciptakan metode belajar-mengajar yang lebih efisien, menarik dan interaktif dengan para siswa.

Samsung mengadakan pelatihan-pelatihan dengan mengandalkan Samsung Galaxy Tablet A8 dan untuk kurikulumnya menggunakan software umum seperti Ms. Office (powerpoint, excel, dsb.). Pelatihan ini juga dilengkapi dengan program e-learning yang dibuat oleh Ikatan Guru Indonesia.

Mr. Lee, selain concern terhadap dunia Pendidikan, saya juga mengetahui satu-dua hal mengenai pemrograman web.

Pertama, memberikan pelatihan kepada guru sekolah untuk menggunakan gadget atau teknologi tidak seharusnya dijadikan agenda utama pada program sponsorshipSLC. Itu sama dengan memberikan manual book suatu software/aplikasi dan kegiatan ini tidak efektif. Lagipula, pengetahuan penggunaan teknologi yang berkembang adalah kewajiban guru-guru dalam keseharian mereka, bukan sebagai rutinitas formal seperti ini.

Kedua, salah satu yang diberikan SLC adalah pelatihan menulis via media blog untuk menyampaikan metode atau teknik-teknik pengajaran guru. Apakah guru kami di Indonesia begitu tertinggal hingga harus diajarkan untuk menulis blog? Kami semua di sini, Kompasianers, adalah blogger dan tidak semua dari kami adalah guru. Tapi jika memang itu yang Anda lihat, bahwa pengetahuan menulis blog guru-guru di Indonesia masih tertinggal, apakah memberikan pelatihan menulis blog solusi yang tepat? Tidak. Menulis via media blog relatif mudah, yang sulit bagi guru adalah memikirkan ide tulisan mereka yang menyangkut metode pendidikan. Belajar menulis di blog dapat dilakukan guru dalam keseharian mereka.

Ketiga, SLC mengharapkan guru-guru dapat membuat/menggunakan program e-learning mereka sendiri melalui pelatihan-pelatihan. Saya tidak tahu persis apa saja detil materi yang ingin SLC berikan, tapi perlu Anda renungkan bahwa Pendidikan (sekolah umum) dan Programming adalah dua hal yang berbeda. Membuat program ­e-learning berarti mengembangkan software/aplikasi, kegiatan ini dilakukan oleh developer atau programmer. Apakah SLC akan memberikan pengajaran bahasa-bahasa pemrograman? Apa prinsip dan metode SLC untuk mengharapkan guru-guru dapat membuat/menggunakan program e-learning?

Keempat, saya sudah lihat satu aplikasi web IGI di sini. Aplikasi tersebut hanya menunjukkan soal-soal lalu user akan memilih jawaban. Apa ubahnya dengan memberikan Anda satu kertas dengan soal-soal tertulis pada ulangan harian? Dan apa fungsi aplikasi soal-jawaban (quiz) di sekolah? Hampir tidak ada, Mr. Lee.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline