Lihat ke Halaman Asli

Ronaa Mahasin

MAHASISWA

Perjalanan Seorang Sastrawan Sapardi Djoko Damono

Diperbarui: 27 April 2021   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sapardi Djoko Damono merupakan seorang yang terkenal sebagai penyair, dosen, pengamat sastra, kritikus sastra dan juga pakar sastra. Sapardi Djoko Damono lahir di Solo, tanggal 20 Maret 1940 dari pasangan Sadyoko dan Saparian. Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih, istri dari Sapardi Djoko Damono berasal dari Jawa. Kemudian Sapardi Djoko Damono beserta istrinya di karuniai dua orang anak yaitu Rasti Sundayani dan Riski Henriko.

Pendidikan dari Sapardi Djoko Damono dari SR (Sekolah Rakyat) di solo, kemudian SMP Negeri II Solo, lulus dari SMP Sapardi Djoko Damono melanjutkan SMA setelah itu masuk ke perguruan tinggi Universitas Gadjah Mada yang berada di Yogyakarta. Sapardi Djoko Damono masuk di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, jurusan Sastra Inggris. Kemudian Sapardi Djoko Damono memperdalam pengetahuan tentang humanities  di Universitas of Hawai, Amerika Serikat, pada tahun 1970-1971.

Sapardi bekerja sebagai dosen tetap di IKIP Malang tahun 1964-1968. Kemudian tahun 1979-1982 Sapardi Djoko Damono diangkat sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra-Budaya di Universitas Diponegoro. Sapardi Djoko Damono menjabat Dekan III di Universitas Indonesia 1995.  Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doctor pada tahun 1989 kemudian di angkat menjadi guru besar Fakultas Sastra pada tahun 1995. Dan akhirnya Sapardi Djoko Damono menjabat sebagai Dekan I pada tahun 1996-1999, masa pensiun Supardi Djoko Damono sebagai guru besar Fakultas Ilmu Budaya tahun 2005, namun masih diberi tugas sebagai penguji di beberapa perguruan tinggi.

Kehidupan sastra Indonesia bagi Sapardi Djoko Damono sangatlah penting. Abdul Hadi W.M kagum dengan puisi yang dibuat oleh Sapardi Djoko Damono, karena puisi yang dibuat banyak kesamaan dengan persajakan Barat yang di sebut simbolisme pada abad ke-19. Beberapa penghargaan dan juga hadiah sastra dari Sapardi Djoko Damono dalam menulis puisi.

Sapardi Djoko Damono mendapatkan beberapa penghargaan atas prestasi menulisnya. Pada tahun 1963, puisinya "Barada of the Death of the Rebel" memenangkan penghargaan "Basic Magazine". Pada tahun 1978, ia memenangkan Penghargaan Kebudayaan dari Pemerintah Australia. pada tahun 1983, bukunya “Sihir Hujan” dari Malaysia, dan ia memenangkan Penghargaan Puisi-Puisi Putera II. pada tahun 1984, bukunya "Perahu Kertas" memenangkan Penghargaan Dewan Kesenian Jakarta. Ia memenangkan Mataram Award pada tahun 1985. pada tahun 1986, ia memenangkan Penghargaan Penulisan SEA Thailand. Sapardi juga mendapatkan anugerah Seni dariDdepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline