Lihat ke Halaman Asli

Rona NisrinaFadhilah

Baru Mulai Menulis Blog

Mari Mengenal Lebih Dekat tentang Toxic Parenting

Diperbarui: 4 Desember 2020   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Biasanya orang tua selalu menyalahkan anak-anak atas apa yang anak tersebut lakukan di dalam rumah tangga. Di sini anak sering dijadikan korban atau kambing hitam atas apa yang terjadi, Ketika si anak lengah orang tua cenderung mencari-cari letak kesalahan dan akhirnya memicu keributan dan terus menerus menyalahkan anak.

Biasanya ada dan tidak ada pujian yang didapat oleh anaknya ataupun berupa apresiasi kecil setelah anaknya mendapatkan sesuatu yang membanggakan.

Di Asia terkenal dengan suatu istilah itu banyak anak banyak rezeki namun itu tidak diimbangi dengan kenyataan atau realita yang ada di lapangan, yang sewajarnya apabila banyaknya lingkaran harus diimbangi dengan ekonomi yang memadai untuk menunjang kebutuhan anak agar mendapat hidup yang lebih ideal.

Karena sia-sia apabila si anak sering dijadikan sebagai investasi di mana mereka menyekolahkan anaknya hingga tinggi namun dengan tujuan agar ketika orang tua sudah lanjut usia mereka ingin hidup nyaman dari anak-anak yang sudah mereka didik di masa kecil hingga dewasa. Sehingga diharapkan si anak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi orang tua dari berbagai macam aspek, baik Kesehatan, rumah tinggal, maupun segi ekonomi yang lain. 

Dan Ketika ternyata si anak tidak memiliki tujuan hidup seperti yang diharapkan orangtua, maka orangtua yang tidak terima akan hal  itu akan mengungkit-ungkit apa yang telah dia berikan, dan tentu akan menimbulkan permasalahan berupa perdebatan yang dapat mengakibatkan kekerasan dan adu mulut.

Kekerasan yang muncul dapat berupa kekerasan secara verbal atau bahkan dari psikologis dan juga kekerasan fisik. Tapi ada juga orang tua yang merusak psikis anak tanpa ada abuse atau kekerasan fisik. Biasanya adu argument anatara orang tua dengan anak menggunakan kalimat – kalimat yang tidak pantas. Dengan itu sangat mungkin kalau si anak menjadi tertekan karena selalu disudutkan.

Toxic parenting itu berasal dari kesalahan didikan orang tua ke anak-anaknya. Anak dari korban toxic parenting akan selalu merasa tersiksa dan kemudian mencari cara untuk keluar dari lingkaran setan itu dengan belajar menjadi orang tua yang baik yang sebagaimana wajarnya dalam mendidik anak. Harapannya agar si anak tidak mengalami apa yang pernah si orang tua alami.
 
Toxic Parenting Merupakan Suatu Perilaku atau tindakan buruk orang tua Terhadap anak yang yang dapat melukai psikis anak baik secara verbal maupun fisik. 

Toxic parenting dikutip dari id.theasianparent.com dijelaskan bahwa orangtua yang melakukan pola asuh toxic parenting cenderung tidak memperlakukan anak-anak mereka dengan hormat sebagai individu. Orangtua juga cenderung tidak mau berkompromi dengan anak, dan tidak bertanggung jawab atas perilaku mereka atau meminta maaf.

A. Faktor yang Menyebabkan Toxic Parenting

Sering kali pola asuh toxic parenting dipicu oleh gangguan mental atau kecanduan yang serius. Selain itu, tentu ada beberapa pemicu lain yang perlu diwaspadai. Misalnya, jika masa kecil orangtua memiliki traumatis, membawa luka akibat pengasuhan yang tidak benar atau disfungsional dalam keluarga, maka toxic parent juga bisa terjadi. 

Salah satu penyebab toxic parenting karena orangtua yang belum sembuh dari luka lamanya yang pernah mengalami cara yang sama, kemudian dilampiaskan dengan cara melukai si anak.  Di Indonesia sendiri sudah melekat dengan budaya “orang tua selalu benar”, padahal orang tua juga manusia yang memiliki kekurangan, kelebihan, dan juga masih butuh belajar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline